Studi genetik pada virus herpes mengonfirmasi pandangan yang dipercaya sebelumnya bahwa manusia mulai muncul di Afrika untuk selanjutnya menyebar ke seluruh dunia setelah peristiwa migrasi ke luar Afrika.
Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS One tersebut menganalisis virus herpes Tipe 1 yang diperoleh dari Amerika Utara, Eropa, Afrika, dan Asia. Ilmuwan menyatakan, analisis memang menunjukkan kesesuaian dengan skenario manusia ke luar Afrika.
"Strain virus persis seperti yang Anda prediksikan berdasarkan urutan genom manusia. Kami menemukan bahwa isolat virus dari Afrika mengelompok bersama, dari Timur, Korea, Jepang, dan Cina mengelompok bersama, lalu semua virus dari Eropa dan Amerika, dengan satu perkecualian, mengelompok bersama," kata Curtis Brandt dari Universty of Wisconsin, Madison.
"Apa yang kami temukan sesuai dengan apa yang dikatakan para antropolog pada kita, apa yang dikatakan para pakar genetika molekuler yang menganalisis genom manusia pada kita, tentang asal-usul manusia dan bagaimana mereka menyebar ke seluruh planet," imbuh Brandt seperti dikutip International Business Times, Senin (21/10).
Ilmuwan mengungkap bahwa virus herpes dahulu juga mulai muncul di Afrika. Virus itu kemudian menyebar lambat di Timur Tengah dan terus menyebar ke Asia, Eropa, dan Amerika.
Fakta menarik yang juga didapatkan dari studi ini adalah bahwa orang-orang asli Amerika adalah keturunan orang Asia yang menyeberang dari Siberia ke Amerika ribuan tahun lalu.
Hal itu diketahui dari kemiripan virus di lokasi berbeda. Virus herpes di Amerika Serikat mirip dengan yang di Eropa, kecuali virus yang diisolasi dari Texas yang memiliki kemiripan dengan yang di Asia.
Peristiwa migrasi sendiri diduga dilakukan manusia 15.000 tahun lalu lewat jembatan darat Selat Bering.
Ilmuwan menggunakan virus herpes untuk melacak persebaran manusia karena sifat herpes yang tidak berakibat fatal serta mudah menular. Studi dengan herpes jauh lebih sederhana daripada studi genom manusia, namun tetap dapat memperoleh data yang bisa dipercaya.
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR