Setelah menghasilkan badai yang signifikan sejak Juni 2013, Matahari kembali menelurkan badai kelas menengah, Minggu dan Senin (27-28/10). Badai Matahari merupakan ledakan kuat dari radiasi. Namun, radiasi ini tidak bisa menembus atmosfer di Bumi sehingga tidak bisa mencapai manusia di Bumi.
Meski demikian, jika intensitasnya cukup tinggi, badai Matahari ini bisa mengganggu transmisi GPS dan sinyal komunikasi perjalanan.
Salah satu erupsi terbesar terjadi pada 27 Oktober dan diklasifikasikan sebagai X1.0. Badai dengan kategori X-Class melontarkan badai yang lebih intens, Sedangkan badai dengan klasifikasi X2, besarnya dua kali dari X1, dan X3 lebih besar tiga kali dai X1, begitu seterusnya. Badai besar berikutnya terjadi pada 28 Oktober.
(Baca: Indonesia Wajib Waspadai Badai Matahari)
Pada kejadian sebelumnya, badai dengan kategori X-Class bisa menyebabkan matinya gelombang radio selama satu jam. Meningkatnya badai Matahari akhir-akhir ini merupakan peristiwa umum mengingat Matahari tengah mengalami siklus sebelas tahunannya. Manusia sudah lama melacak siklus ini sejak pertama kali ditemukan pada 1843 dan menjadi aktivitas yang cukup normal.
Badai Matahari biasanya juga akan diikuti oleh coronal mass ejections (CME). Fenomena ini bisa mengirim miliaran ton partikel dan bisa mencapai Bumi sekitar satu hingga tiga hari pasca-badai. Ia bisa menyebabkan fenomena cuaca yang disebut badai magnetik dan fenomena cantik macam aurora.
(Baca: Inilah Citra Bagian Paling Misterius Matahari)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR