Fenomena gerhana Matahari "hibrid" yang terjadi Minggu (3/11) tak bisa disaksikan di Indonesia. Saat gerhana mulai terjadi, Indonesia telah memasuki waktu sore menjelang malam.
Namun, walau tak bisa menyaksikan fenomena gerhana langka itu kali ini, Indonesia masih berpeluang menyaksikannya. Cukup lama waktu untuk menunggunya sebab gerhana Matahari hibrid baru akan menyambangi wilayah Indonesia pada 25 November 2049. Ya, 36 tahun lagi!
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, gerhana Matahari hibrid pada tahun 2049 nanti akan dimulai dan diakhiri dengan gerhana Matahari cincin dan memuncak dalam bentuk gerhana Matahari total.
Simulasi eclipse.star.gs menunjukkan, gerhana Matahari cincin akan dimulai di wilayah timur Afrika. Puncak gerhana, dalam bentuk gerhana matahari total, akan terjadi di Samudra Hindia barat Sumatera. Sementara, gerhana akan berakhir di Pasifik.
Wilayah Indonesia bisa mengamati gerhana Matahari "hibrid" ini saat tahap gerhana Matahari totalnya. Wilayah yang bisa mengamati antara lain bagian selatan Sumatera, bagian selatan Kalimantan, dan bagian tengah Sulawesi.
Wilayah Sulawesi akan menjadi spot istimewa. Laut di selatan Sulawesi Utara akan menjadi titik transisi dari gerhana Matahari total menjadi gerhana Matahari cincin pada tahap akhir gerhana.
Pengamatan totalitas gerhana pada di zona transisi pada saat gerhana matahari hibrid" sangat istimewa. Pasalnya, dalam banyak kesempatan, zona transisi berada di wilayah yang sulit dijangkau.
Bila ditilik dari simulasinya, wilayah maluku akan mengalami gerhana Matahari cincin. Jadi, dalam satu fenomena gerhana, wilayah Indonesia bisa melihat dua macam gerhana Matahari, cincin dan total.
Fenomena gerhana Matahari "hibrid" tergolong langka. Dalam kurun waktu 1986 - 2067, fenomena ini hanya akan terjadi 9 kali. Setelah Minggu hari ini, gerhana Matahari "hibrid" baru akan terjadi lagi pada 20 Maret 2023.
Pada 20 Maret 2023, memang ada wilayah Indonesia yang bisa menyaksikan gerhana Matahari total dalam rangkaian gerhana Matahari "hibrid", namun hanya sebagian kecil, diantaranya hanya wilayah kepala burung Papua.
Gerhana Matahari "hibrid" terjadi karena permukaan Bumi yang lengkung dan orbit Bulan yang elips. Akibatnya, jarak antara Bumi dan Bulan bervariasi. Dalam peristiwa gerhana Matahari "hibrid", ketika jarak lebih jauh, gerhana Matahari cincin akan terjadi sementara bila jarak lebih dekat, gerhana Matahari total akan terjadi.
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR