Ada pengalaman menarik sewaktu saya mengunjungi toko anggur di Sirince, desa kecil di Provinsi Izmir, bagian barat Turki.
Wisatawan datang ke desa ini untuk menyaksikan keindahan alam dan juga tempat-tempat bersejarah di sekitarnya. Dahulu Desa Sirince dihuni oleh warga Yunani. Mereka terkenal akan keahliannya membuat minuman anggur dari buah-buahan yang mereka tanam.
(Lihat juga: Bakteri Apakah yang Menghasilkan Minuman Anggur Terbaik?)
Setelah warga Yunani kembali ke negeri asal, Sirince didiami oleh warga Turki yang beragama Islam. Warisan pembuatan anggur itu teap dilanjutkan, hingga sekarang.
Berbeda dengan kunjungan ke toko-toko yang menjual barang yang tak dapat dicoba, di toko anggur Sirince ini pengunjung bisa bebas mencicipi aneka minuman fermentasi dari berbagai sari buah.
Yesra, pemandu saya, mengajak ke toko yang terletak di basement sebuah rumah. Tempat ini dulunya merupakan kandang kuda.
Suasana di toko dibuat menarik. Meja dan kursi kayu, botol-botol dihamparkan di atas jerami, sementara di bar terdapat botol-botol minuman aneka rasa yang ditata rapi. Ada beberapa merek yang dijual. Suara musik pop Turki berdentum memeriahkan atmosfer.
Yesra menawarkan, apakah saya ingin mencoba tiap rasa minuman satu per satu. Tawaran yang menarik, tapi tidak bisa saya terima.
Bartender menuangkan minuman ke dalam gelas saya, tidak dibatasi. "Cukup, cukup," ujar saya.
Berbagai rasa anggur ditawarkan: pomegranate, anggur, ceri, plum. Rasanya memang sangat sedap. Meski tak mungkin saya meneruskan untuk minum semuanya.
Dan meskipun saya mencicipi tanpa membawa pulang barang sebotol, sang bartender tidak sama sekali tersinggung atau marah. Begitulah rata-rata standar pelayanan dari setiap toko yang saya kunjungi dalam rangkaian tur ke Turki.
Membeli atau pun tidak membeli, setiap pengunjung selalu diperlakukan baik. Hampir setiap toko besar akan menyajikan teh sebagai bagian dari hospitality mereka.
Cara mereka melayani pengunjung menunjukkan bahwa mereka ini ahli dalam berdagang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR