Obat penangkal nyamuk generasi mendatang bisa beraroma seperti permen atau karamel. Dan lebih efektif.
"Selama ini kita mengira bahwa syaraf khusus yang ada di kepala nyamuk hanya mendeteksi karbon dioksida yang kita hembuskan," kata Anandasenkar Ray, seorang neurobiolog dari University of California, Riverside. Namun ia mencari tahu, apakah syaraf "cpA" itu juga merespons bau kaki setelah beraktivitas.
Untuk mengetahui jawabannya, ia dan tim memasang sebuah elektroda kecil pada syaraf cpA nyamuk. Saat serangga itu mencium bau kaki, syaraf yang bersangkutan langsung aktif, bahkan meski tidak ada karbon dioksida.
Saat nyamuk yang syaraf cpA-nya dinonaktifkan dan dilepaskan di lubang angin, mereka tidak mampu melacak sumber bau kaki yang ditempatkan di ujung lain dari lubang tersebut. Tetapi, nyamuk yang syaraf cpA-nya normal, tidak menemui masalah.
Ini mengindikasikan bahwa syaraf cpA nyamuk sensitif terhadap bau-bauan yang dipancarkan oleh kulit manusia.
"Dari jauh, kami yakin bahwa neuron ini mendeteksi karbon dioksida yang dihembuskan dari nafas kita. Tetapi saat nyamuk semakin dekat pada seseorang, syaraf nyamuk kemudian akan menangkap bau kulit dan itu memandu mereka untuk menuju ke bagian tubuh yang tidak tertutup itu," sebut Ray.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR