Ternyata mereka telah sampai di sebuah pulau yang sebelumnya tidak pernah dilihat dan tidak pernah diketahui oleh siapapun di muka bumi. Pulau tersebut bahkan jauh lebih di utara, kemungkinan besar pulau tersebut merupakan pulau terdekat dari Kutub Utara.
"Kami cukup yakin bahwa pada saat itu kami berdiri di Pulau Oodaaq, yang sampai saat itu sudah terdaftar sebagai pulau paling utara di dunia," kata pemimpin ekspedisi Morten Rasch, konsultan senior di Departemen Geosains dan Manajemen Sumber Daya Alam Universitas Kopenhagen, dalam sebuah pernyataan yang dibuatnya. "Tetapi ketika saya memposting foto dan koordinat pulau di media sosial, sejumlah pemburu pulau Amerika menjadi gempar dan mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah benar," lanjutnya.
Baca Juga: Gunung Es Seluas Dua Kali Jakarta Lepas, Singkap Misteri Antartika
“Pulau itu bukanlah pulau Oodaaq seperti yang anda bilang, terlihat jelas dari koordinat yang tertera pada postingan tersebut,” komentar salah satu pemburu pulau dalam postingan Rasch.
Pemburu pulau sendiri adalah beberapa orang di penjuru dunia yang berusaha menemukan pulau baru yang tidak dikenal untuk bersenang-senang. Mereka sering kali menjelajah ke berbagai tempat di bumi secara acak dengan tujuan menemukan pulau-pulau baru yang sebelumya belum tercatat di peta bumi.
Para penjelejah juga memiliki pikiran yang sama dengan komentar di media sosial ini. Mereka kemudian menghubungi seorang ahli di Universitas Teknik Denmark, dan setelah itu barulah mereka menyadari bahwa GPS Rasch telah melakukan kesalahan. Dengan segera para penjelajah itu mengecek GPS yang berada di helikopter mereka. kelompok Rasch mengkonfirmasi bahwa mereka memang berada di pulau baru, yang mereka katakan sekarang adalah pulau paling utara di planet ini.
Baca Juga: Gunung Es Terbesar Sedunia, Seluas Pulau Madura, Lepas dari Antarktika
Menurut pernyataan mereka, pulau itu sekitar 780 meter di utara Oodaaq dan lebarnya hanya 30 meter dan panjangnya 60 meter, atau lebih kecil dari lapangan sepak bola nasional Amerika. Pulau ini berdiri 3 hingga 4 meter di atas permukaan laut, dan terdiri atas gundukan kecil lumpur dan massa batuan serta sedimen yang dibawa ke bawah dan diendapkan oleh gletser di dasar laut, kata Rasch yang dilansir dari Live Science.
Pulau kecil yang belum memiliki nama ini, secara teknis menjadi bagian dari perluasan wilayah Greenland dan Kerajaan Denmark.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa mungkin pulau tersebut telah terbentuk oleh badai kuat dan gelombang air laut yang mendorong materi-materi berbeda dari dasar laut secara bersamaan dan membentuk sebuah pulau, menurut pernyataan mereka. Namun, pulau penemuan baru ini mungkin akan segera menghilang, dan mungkin bisa dikategorikan sebagai pulau yang berumur pendek, demikian menurut pernyataan mereka.
"Tidak ada yang tahu berapa lama pulau tersebut akan bertahan. Pada prinsipnya, pulau ini bisa menghilang jika sebuah badai baru yang kuat melanda," kata Rasch. Dia pun menyarankan toponimi untuk pulau ini adalah 'Qeqertaq Avannarleq' yang bermakna Pulau Utara.
'Qeqertaq Avannarleq' adalah salah satu usulan yang diakui sebagai daratan paling utara dan paling dekat dengan Kutub Utara. Sejatinya ada beberapa usulan pulau paling utara yang masih diperdebatkan karena pembentukannya yang sementara, termasuk pulau ini. Sebelumnya ahli geologi ada yang mengusulkan Pulau Kaffeklubben yang ditemukan pada 1900, dan berada 750 meter lebih jauh ke utara dari Cape Morris Jesup, titik paling utara daratan Greenland.
Baca Juga: Rupa Pulau Jawa Bingungkan Penjelajah Samudra Abad Ke-16
Source | : | Live Science,The Guardian |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR