Saya meraba smartphone, notifikasi pesan singkat mengisi layar utama perangkat layar sentuh HTC One Dual Sim. "Yud, saya sudah di Stasiun Duri," sebuah pesan dari Sri Sadono, teman saya, membuat saya bergegas menuju kamar mandi. Hari ini kami berencana ke kawinan Cina Benteng di Tangerang.
Saya menumpang Commuter Line dari Stasiun Kalibata ke Tangerang. Namun terlebih dahulu singgah di Stasiun Duri, untuk menjumpai Sadono.
Biaya perjalanan menggunakan transportasi umum ini hanya Rp3.500. Nominal yang tidak terlalu mahal untuk menikmati akhir pekan di Jakarta. Satu yang paling menarik dari menggunakan transportasi umum adalah kita terbebas dari macet.
Selain itu karena banyak stasiun yang berdekatan dengan pusat keramaian, tinggal berjalan kaki menuju tempat tersebut. Berakhir pekan menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki tentunya bisa membantu mengurangi polusi udara dan membuat tubuh lebih sehat.
Di Stasiun Duri, Sadono asik mengabadikan aktivitas pasar yang sudah ramai dari pagi. "Kamu telat, saya sudah dapat 40 frame video dengan angle berbeda. Coba deh lihat yang video ini," katanya seraya memperlihatkan video pendeknya. Benar saja, video menarik yang merekam aktivitas pasar yang berlangsung di rel Stasiun Duri ini terekam menarik.
Warga berbondong-bondong datang ke pasar dari pagi, aneka barang dagangan diperjualbelikan disini. Ada pula jasa pangkas rambut, gambarannya begini: tukang pangkas rambut menempelkan kacanya di tembok pembatas stasiun, berbekal alat pangkas manual jadul, si pemangkas merapikan rambut pelanggannya.
Stasiun Duri, di mana jalur yang menghubungkan Jakarta ke Tangerang dimulai, adalah sebuah potret ibukota, masyarakat merasa nyaman dengan kehadiran pasar ini. Tak jauh dari pemukiman mereka dan tentunya bagi ibu rumah tangga, tawar-menawar sengit adalah keahlian belanja yang menyenangkan bagi mereka. Tapi jangan khawatir, meskipun mereka berjualan di dekat jalur kereta api, semua pedagang atau pembeli akan menyingkir saat kereta lewat.
Dari Stasiun Duri, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Tangerang. Kami sarapan bubur ayam di Pasar Lama, Tangerang. Lalu menumpang ojek menuju Kedaung Wetan. Tangerang pagi itu tak terlalu ramai, hanya ada sedikit aktivitas warga di jalanan. Kami lintasi Pintu Air Sepuluh, kemudian mengambil jalan ke arah Teluk Naga. Beberapa kali pesawat yang akan landing atau baru take-off menghiasi langit pagi itu.
Saya mengabadikan berbagai hal menarik yang saya tangkap selama di perjalanan menggunakan ojek. Dengan kecanggihan HTC One Dual Sim, bisa mengabadikan objek meskipun saya sedang bergerak.
Kemampuan menangkap objek meskipun kita sedang bergerak sangat baik, sehingga gambar yang dihasilkan tetap tajam.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR