Dengan teknologi dewasa ini, lebih mudah dan cepat saja —dalam hitungan sekon— bagi kita membagi ucapan selamat hari raya seperti Natal dan Tahun Baru. Tetapi untuk sebagian orang mempersiapkan serta mengirim kartu ucapan Selamat Natal tetap unik dan berkesan. Paling tidak memorable, pantas diingat.
Bagaimana awalnya terbentuk kebiasaan berkirim kartu sebagai ucapan untuk hari raya?
The U.S. Greeting Card Association memperkirakan akan ada sekitar 1,6 miliar kartu Natal yang akan dikirimkan para warga Amerika Serikat di tahun ini.
Namun industri yang bernilai jutaan dollar ini akan memulainya dengan sederhana: mencetak hanya 1.000 lebih kartu Natal. Tapi itu merupakan kartu Natal klasik—kartu yang telah dicetak di London, Inggris lebih dari 150 tahun lalu. Tepatnya pada pertengahan abad ke-19.
Berkirim kartu Natal buatan (dan dengan tulisan tangan) memang sudah populer di dalam tradisi Inggris Victoria, sejak sang inovator yakni Sir Henry Cole punya gagasan hebat untuk menyebarluaskan kartu-kartu musiman (seasonal cards) karyanya yang "kelebihan".
Memanfaatkan kecanggihan teknologi baru percetakan pada era itu, Cole yang ditugaskan oleh seniman bernama John Callcott Horsley untuk menciptakan sebuah desain meriah itu menghasilkan sekitar 1.000 kopi kartu Natal buatannya pada 1843.
Setelah Cole menggunakan kartu sesuai kebutuhannya sendiri, ternyata ada kartu yang tersisa. Ia menjual kartu tersisa seharga satu shilling.
Sayang tak jelas diketahui rincian berapa banyak sisa kartu yang Cole jual. Kini Perpustakaan Winterthur di Delaware yang masih menyimpan satu kartu itu sebagai koleksinya. Perpustakaan tersebut mendapatkannya dari donasi seorang kolektor, John Grossman.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR