Nationalgeographic.co.id — Etnis Arab sudah sejak awal mendiami Indonesia melalui jalur perdagangan. Mereka kemudian membangun permukiman di daerah-daerah, serta berbaur dengan masyarakat lokal, khususnya di daerah Surabaya. Mereka juga turut serta dalam perjalanan persepakbolaan tanah air.
Eksistensinya dibuktikan melalui pendirian klub sepak bola etnis Arab di Surabaya. "Keberadaan klub-klub sepak bola yang bermunculan di Surabaya, menjadi tanda keberlangsungan interaksi oleh orang Belanda dengan masyarakat pribumi (termasuk orang Arab) yang berada di Surabaya" tulis Nur Hidayat dan Gayung Kusuma.
Mereka menjelaskan awal mula pembentukan sepak bola etnis Arab di Surabaya dalam jurnalnya yang berjudul Dari An Nasher Hingga Assyabaab: Peranan Etnis Arab dalam Sepak Bola di Surabaya Tahun 1930-1948, publikasi tahun 2013. "Pada 1930 orang Arab membentuk klub sepak bola yaitu An Nasher di Surabaya," tambahnya.
Klub An Nasher merupakan kesebelasan yang dibentuk oleh orang-orang Arab yang tinggal di sekitar Ampel. Klub ini awalnya berdiri berdasar pada keinginan para pemuda di Ampel, yang ingin menyalurkan hobi bermain sepak bola di waktu senggang.
"Eksistensi etnis Arab dalam urusan sepak bola menunjukan semangat nasionalismenya sebagai bagian dari Indonesia. Mereka berangkat dari bond (perserikatan) yang mempersatukan etnis Arab dengan pribumi dalam menentang ketidakadilan NIVB yang Belanda sentris. Padahal, sejak awal para pemuka, melarang para etnis Arab untuk turut serta meniru gaya Belanda, termasuk dalam hal sepak bola," tambahnya.
Baca Juga: Sebelum PSSI, NIVB Jadi Federasi Sepak Bola Pertama di Indonesia
Pada permulaannya, ia merupakan PO (Perhimpunan Olahraga) yang tidak hanya menaungi sepak bola saja, melainkan juga olahraga bola voli. Namun karena antusias etnis Arab dalam sepak bola, menjadikan An Nasher berkembang pesat. "Pembentukan awal klub tersebut merupakan perhimpunan kecil biasa, sebelum akhirnya kemunculan NIVB (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) menjadikannya klub profesional," tulisnya.
Hidayat dan Kusuma menambahkan bahwa, mereka sadar keberadaan bond di Hindia-Belanda, telah memicu mereka untuk berhimpun melalui organisasi sepak bola. Pendirian klub ini tidak semata-mata menjadi hobi, tetapi juga sebagai identitas bagi orang-orang Arab untuk menunjukkan semangatnya dalam sepak bola.
Fuad Alkatiri dalam bukunya berjudul My Assyabaab, terbitan tahun 2008, menjelaskan tentang nama An Nasher sendiri yang diambil dari bahasa Arab yang mempunyai arti kemenangan. Nama tersebut menjadi harapan bagi klub An Nasher agar dapat memperoleh kemenangan dan kejayaan dalam setiap pertandingannya.
"Penamaannya juga menggunakan bahasa Arab, sebagai penguat identitas bahwa ia (klub An Nasher) merupakan bentukan orang Arab di Ampel," tulisnya. Pendiri klub An Nasher diantaranya adalah Yislam Murtak, Salim Barmen, Mohammad bin said Martak, dan Mohammad Balmar. "Mereka menjadi pengurus sekaligus merangkap sebagai pemain, karena sistem awal manajemen klub yang serba sederhana," tambahnya.
Tercatat, pada 13 Mei 1932, secara resmi An Nasher telah bergabung dengan NIVB. Dibawah naungan federasi regional, Soerabaja Voetbal Bond (SVB) menjadi ajang pembuktian bagi An Nasher untuk berkompetisi secara profesional.
Baca Juga: Bagaimana Strategi Para Pesepak Bola Saat Bermain pada Bulan Ramadan?
Source | : | VERLEDEN: Jurnal Kesejarahan |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR