Boleh dibilang pasar jilbab akan selalu ada selama masih ada perempuan muslim di dunia ini. Tapi, biar tak terlihat kuno dan konvensional, para pemakai tentu saja menginginkan cara berjilbab dan jenis jilbab berbeda.
Selain tetap sesuai aturan Islam, jilbab juga tak terlihat jadul. Di sinilah para pebisnis jilbab memainkan perannya.
Jika diibaratkan sebuah kerajaan, bisnis jilbab saat ini telah mencapai masa-masa keemasan. Bisnis jilbab tengah merebak seperti cendawan di musim hujan.
Hampir di setiap tempat belanja baik ruko sederhana maupun mal terkenal, terdapat gerai-gerai yang menawarkan aneka warna dan ragam jilbab—mulai dari yang konvensional sampai yang modern. Dari yang simpel sampai yang kaya motif.
Satu hal yang menarik dari jilbab adalah sifatnya yang independen. Meski kerap disandingkan sepaket sebagai busana muslim dengan gaun, sejatinya jilbab berdiri sendiri. Ibaratnya, gaun muslim kurang pas jika tidak ada jilbab sebagai pelengkap. Namun jilbab bisa berbeda cerita, karena dapat dipasangkan dengan beragam jenis baju, tanpa memandang bahwa itu adalah baju muslim.
Secara umum jilbab bersifat sangat personal bagi sang pemakai. Potensi orang yang ingin berkreasi dengan jilbabnya juga semakin har semakin banyak. Selain sebagai pemakai, mereka juga bisa menjadi ‘desainer’ dadakan atas jilbabnya sendiri.
Tia Wigati (45), salah satu orang yang berada di balik suksesnya toko Jilbab Square di kawasan Bintaro-Tangerang Selatan, juga mengatakan, “Jilbab tidak mengenal ukuran, jika kekecilan ia bisa dipakai dengan aksesoris lain.”
Tia menambahkan, pebisnis jilbab berhak menentukan karakter seperti jilbab yang akan mereka jual, karakter-karakter ini biasanya sudah terkonsep sejak awal.
Tia enggan memproduksi dalam skala besar. Hanya 200-an potong tiap motif jilbab, itu pun tidak benar-benar persis. Memang terkesan lebih personal dan eksklusif, tapi Tia percaya bahwa cara ini akan membuat jilbab kepunyaannya akan lebih berbeda dengan jilbab-jilbab lain.
Untuk perkembangan bisnis jilbab, masukan-masukan dari para pelanggan juga punya peran yang besar. Saran-saran tersebut akan amat penting demi menjadi bahan evaluasi yang cukup efektif untuk pengembangan motif jilbab. Pelanggan tidak bisa merasa puas setiap saat. Ada kalanya mereka akan mengeluarkan keluhan-keluhan terkait produk yang dipakainya.
Pebisnis jilbab harus siap menghadapi permasalahan yang kerap dianggap sepele ini. Jangan karena hal-hal yang sifatnya sepele itu, pelanggan pergi dan lebih memilih produsen lain. Sebagai salah satu langkah antisipasinya, Tia mempercayakan orang-orangnya untuk terus berkomunikasi intens dengan pelanggan secara persuasif; menjadikan pelanggan seperti di rumah sendiri selagi menikmati display jilbab yang dipajang.
Megathrust Bisa Meledak Kapan Saja, Tas Ini Bisa Jadi Penentu Hidup dan Mati Anda
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR