Ribuan warga berebut cacing laut atau nyale di Pantai Seger, Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/2) mulai pukul 03.00 WITA. Para warga Lombok itu sudah berjaga-jaga sejak semalaman untuk pergi ke laut di Pantai Seger, Kecamatan Pujut, dengan membawa sorok, alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu.
Keriuhan menyambut nyale sebenarnya terjadi mulai pukul 02.00, tatkala warga mulai bersorak-sorak dengan tujuan agar cacing segera muncul ke permukaan laut.
Sorak-sorai warga makin meriah, begitu nyale mulai bermunculan di permukaan laut yang masih gelap. Dengan membawa sorok dan lampu penerang, warga segera masuk ke laut, tidak sabar ingin menangkap nyale sebanyak-banyaknya.
Abdul Majid Sidik, warga Sekotong, Lombok Barat, menyatakan setiap tahun dirinya selalu turut menyaksikan kemeriahan perayaan tradisi "Bau Nyale" di Pantai Seger.
"Tradisi menangkap nyale sangat menarik, apalagi ketika melihat warga yang mempercayai bahwa nyale merupakan penjelmaan Putri Mandalika, hingga mereka beramai-ramai menyambutnya," ujar Abdul.
Menurut dia, tradisi menangkap nyale kali ini lebih tertib dan tidak terjadi kemacetan panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Pemerintah kabupaten sudah mempersiapkan kegiatan dengan maksimal, sehingga tidak terjadi penumpukan pengunjung. Panggung hiburan juga letaknya dipindahkan, jadi warga tidak berjubel lagi," ujarnya.
Meski kawasan Desa Kuta semalam diguyur hujan deras dan jalan menjadi berlumpur, namun tidak mengurangi antusiasme warga untuk turut memeriahkan Bau Nyale.
Bahkan, kata Abdul, bukan hanya penduduk lokal yang berminat melihat kemunculan nyale di Pantai Seger, namun terlihat juga wisatawan lokal dan asing juga tidak kalah bersemangat.
"Sejak masih gelap, wisatawan asing sudah ikut masuk laut dan menangkap nyale. Semoga Bau Nyale bisa menjadi tradisi lokal yang mendunia," ujarnya.
Tradisi Bau Nyale yang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak ratusan tahun silam dan dilaksanakan berdasarkan penghitungan penanggalan Suku Sasak ini, digelar di dua lokasi, yakni Pantai Seger, Desa Kuta, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, dan Pantai Kaliantan, Desa Serewe, Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Kemeriahan acara Bau Nyale terjadi, ketika sejenis cacing laut muncul pada dini hari di permukaan air laut. Kemunculan cacing yang berwarna merah berseling hijau ini, langsung disambut warga yang sudah bersiaga dan bergadang dengan duduk-duduk atau memasang tenda di tepi pantai.
Mandalika terjun ke laut
Menurut kepercayaan masyarakat Suku Sasak, cacing laut itu merupakan penjelmaan Putri Mandalika dari sebuah Kerajaan Tonjang Beru, yang begitu mencintai rakyatnya, sehingga memilih terjun ke laut. Putri sengaja terjun ke laut, agar rakyat di negerinya terhindar dari peperangan, karena saat itu dirinya tengah diperebutkan beberapa pangeran yang ingin menyuntingnya.
Putri Mandalika khawatir, jika dirinya memilih salah satu di antara pangeran itu, maka peperangan akan terjadi, di mana rakyat tidak berdosa akan menjadi korban. Menghadapi polemik itu, Putri Mandalika sengaja menceburkan diri ke laut, sehingga rakyat pun terhindar dari bahaya peperangan.
Begitu tubuh Putri Mandalika hilang ditelan air laut, mendadak bermunculan cacing-cacing laut. Penduduk pun mempercayai bahwa cacing itu sesungguhnya adalah penjelmaan Putri Mandalika.
Kepercayaan ini yang membuat warga selalu bersemangat turut larut dalam kemeriahan tradisi itu, untuk menunggu dini hari, tepat ketika cacing Putri Mandalika datang kepada rakyatnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR