Modernisasi dan globalisasi disebut-sebut telah berperan mengikis budaya dan tradisi bangsa kita. Namun, Galeri Indonesia Kaya membuktikan bahwa kedua hal tersebut justru bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan segala potensi budaya, tradisi, dan alam yang dimiliki Indonesia.
“Kami ingin ada tempat atau ruang publik yang mencakup seluruh budaya Indonesia, di mana melalui tempat tersebut kita bisa kenal dan belajar mengenai budaya Indonesia yang dikemas dengan unsur masa kini,” ujar Billy Gamaliel, staf di Galeri Indonesia Kaya.
Pada galeri yang berlokasi di Grand Indonesia, Jakarta ini, berbagai potensi Indonesia ditampilkan dalam atraksi visual. Mulai dari fasilitas berfoto menggunakan pakaian adat, bermain musik tradisional Indonesia, bermain permainan congklak, hingga berkeliling Indonesia bisa dilakukan oleh pengunjung dengan bantuan teknologi yang mengagumkan.
Penggambaran mengenai Galeri Indonesia Kaya menggugah rasa penasaran saya terhadap tempat ini. Pada Rabu (19/2), saya berkesempatan mengunjungi Galeri Indonesia Kaya dan merasakan sendiri berbagai fasilitas yang disediakan.
Kemudian terdapat Selaras Pakaian Adat, disediakan bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan pakaian adat Indonesia. Hanya dengan berdiri di depan layar digital yang memiliki sensor, saya bisa memilih pakaian adat yang ingin saya gunakan. Namun, saya tidak perlu repot-repot berganti pakaian. Pada layar, saya melihat diri saya sedang menggunakan pakaian adat. Bahkan fasilitas ini memiliki fitur yang bisa memotret tampilan visual saya dengan pakaian adat tersebut dan mempublikasikannya di sosial media.
Terdapat pula Melodi Alunan Daerah yang mewakili seni musik tradisional nusantara. Melalui fasilitas ini, pengunjung bisa memainkan alat musik khas nusantara pada sebuah layar touchscreen. Terdapat pilihan lagu khas nusantara seperti Kampuang Nan Jauah di Mato, Manuk Dadali, Ampar-Ampar Pisang, dan lagu daerah lainnya. Saya tinggal memainkan lagu tersebut sesuai dengan petunjuk nada yang diberikan. Atau, bisa pula memainkan aransemen musik sendiri.
Membicarakan Indonesia tak lengkap rasanya tanpa menyinggung keindahan alam dan tradisi budayanya. Dua hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki potensi pariwisata yang berlimpah. Hal ini lah yang ditampilkan dalam fasilitas Kaca Pintar Indonesia.
Informasi mengenai objek pariwisata, kuliner, kesenian, hingga tradisi dirangkum dalam fasilitas ini yang juga dilengkapi dengan foto-foto. Sementara, untuk mengetahui informasi yang membahas seluk beluk budaya Indonesia seperti letak geografis, kebiasaan, dan asal-usul, beralihlah ke fasilitas Jelajah Indonesia.
Masyarakat Indonesia pasti tahu dengan congklak, permainan tradisional yang kini keberadaannya mungkin terancam akibat gempuran permainan digital. Di sini, congklak dihadirkan dalam bentuk digital, menjadi bukti bahwa permainan tradisional yang kita pikir ketinggalan zaman pun bisa diadaptasi dengan perkembangan teknologi.
Selesai bermain congklak, saya kemudian memilih untuk berkeliling Indonesia sejenak. Kali ini, berkeliling Indonesia saya lakukan hanya dengan berdiri sambil merentangkan tangan di depan sebuah layar raksasa yang memiliki sensor. Peta Indonesia berselimut awan tampak di layar.
Saya seolah-olah menjadi pilot pesawat terbang yang bisa melintasi pulau-pulau di Indonesia dan pergi ke mana pun yang saya mau. Destinasinya tentu saja tempat-tempat wisata di Indonesia. Di setiap objek wisata yang saya pilih sebagai tempat pemberhentian, muncul foto-foto dan informasi mengenai tempat tersebut.
Setelah puas ‘berkeliling Indonesia’, usai pula perjalanan saya menikmati berbagai pengalaman khas Indonesia di galeri ini. Apa yang baru saya lihat dan rasakan, hanyalah gambaran dari sebagian potensi yang dimiliki Indonesia. Suguhan atraksi menjadi bukti bahwa modernisasi bisa dimanfaatkan untuk mendukung pelestarian budaya dan tradisi bangsa kita. Galeri ini juga menunjukkan bahwa kekayaan dan keragaman Indonesia bukan lah sebuah guyonan atau omong kosong belaka.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR