Kini kepekatan kabut asap semakin tebal. Hal ini telah mengganggu aktivitas penerbangan dan kegiatan ekonomi masyarakat. Meski titik api dilaporkan jumlahnya menurun di bandingkan pada Senin lalu yang mencapai 1.234 titik api, Selasa kemarin terpantau hanya 97 kejadian. Konsentrasi titik api tetap berada di Kabupaten Bengkalis sebanyak 41 titik.
Satelit Terra Aqua yang menjadi rujukan pemerintah ini juga mendeteksi titik api di Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 31, Indragiri Hilir 5 titik, Pelalawan 7 titik dan Siak 13 titik.
“Belum ada dilaporkan adanya hujan di Riau sejak kemarin. Jadi kemungkinan titik apinya masih di sana dan tidak terdeteksi mungkin dikarenakan perbedaan suhu yang menjadi ukuran pendeteksian satelit Terra Aqua ini. Pagi tadi dilaporkan 145 sementara sorenya ada 97 karena suhu yang jadi ukuran di sini adalah 47 derajat selsius dengan luasan 500 meter persegi,” ujar Bibin, analis BMKG Pekanbaru.
Namun menurut Bibin pekatnya kabut asap di Pekanbaru merupakan dampak dari pergerakan angin. Sebab di Pekanbaru sendiri tidak ditemukan titik api.
“Angin bergerak dari arah timur laut ke selatan hingga selatan barat daya. Jadi geraknya ke arah daratan Sumatra. Sementara prakiraan adanya peluang hujan akan terjadi di akhir pekan di Pekanbaru, Rohul, Kampar dan Kuansing. Ini malah bukan daerah yang terpantau titik api,” katanya.
Selain dampak titk api telah dirasakan masyarakat Riau, berdasarkan analisis yang dilakukan Greenpeace bahwa selama minggu kedua Februari, sebanyak 95 persen titik api kali ini terjadi di lahan gambut kaya karbon. Selain itu sebanyak 857 titik api terpantau di habitat harimau Sumatra yang semakin membuat harimau Sumatra dan satwa liar lainnya semakin tertekan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR