Untuk pertama kali, satu jenis beras hasil modifikasi genetik berhasil mengatasi kekeringan, tanah bergaram, dan kurang pupuk. Sebelumnya, bibit hanya mampu mengatasi satu hambatan seperti kekeringan atau garam, namun beras yang kali ini mampu mengatasi ketiganya sekaligus.
Gen yang toleran pada garam berasal dari Arabidopsis thaliana, semacam seledri yang umum digunakan dalam penelitian tumbuhan. Gen toleran kekeringan diambil dari bakteri umum tanah yakni Agrobacterium tumefaciens. Gen yang memungkinkanya menggunakan nitrogen secara efisien sehingga tidak perlu pupuk, berasal dari gandum.
Pada 21 Februari, Arcadia Biosciences, perusahaan yang mengembangkan beras itu mengumumkan hasil uji coba selama 2 tahun mereka pada beras yang bersangkutan. Beras super itu kemudian dibandingan dengan beras induknya, yang tidak dimodifikasi, dalam berbagai lingkungan.
Dalam kondisi kekeringan tertentu, hasil beras modifikasi tersebut 12 sampai 17 persen lebih baik dibanding beras induknya. Dalam kondisi kurang pupuk, hasilnya 13 sampai 18 persen lebih baik. Saat diberi dua masalah tersebut sekaligus, hasil dari beras modifikasi itu 15 persen lebih baik daripada beras aslinya.
Pada percobaan dengan beberapa tingkat kandungan garam tanah, ternyata produksi beras modifikasi 42 persen lebih tinggi dibandingkan dengan beras versi induk. Menurut Ken Li, juru bicara Arcadia, saat ini pihaknya sedang dalam proses mendaftarkan hasil penelitiannya untuk diulas dalam jurnal ilmiah.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR