Kecil jadi kawan, besar jadi lawan. Peribahasa tua ini adalah kiasan tentang api.
Pernahkah Anda melihat sebuah bangunan terbakar tidak terkendali sehingga membakar puluhan, bahkan ratusan bangunan lain di sekitarnya? Tentu sangat mengerikan.
Kini, bayangkan apa yang terjadi tatkala api membakar hutan dan lahan perkebunan seluas 13.000 hektare (atau kira-kira 130 kilometer persegi)? Kebakaran itu kira-kira sama dengan 13.000 lapangan sepak bola atau melanda seluruh wilayah Jakarta Barat. Dahsyat!
Itulah yang terjadi di Provinsi Riau. Api membakar habis hutan produksi atau hutan konservasi. Penyumbang asap terbesar kali ini adalah kebakaran di kawasan konservasi alam dunia yang diakui oleh UNESCO, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bukit Batu, Kabupaten Siak.
Ketika kebakaran sudah masif melanda hutan dan lahan gambut, alhasil berakibat kabut asap. Kabut asap itu yang sempat menyelimuti Riau selama hingga berminggu-minggu, terutama sebulan terakhir, dan membuat provinsi ini pada akhirnya memberlakukan situasi tanggap darurat.
Baca:
Derita di Tengah Kabut Asap yang Kian Pekat
Kabut Asap Tidak Terkendali, Udara di Pekanbaru Berstatus Bahaya
Gambut yang terbakar sulit dipadamkan. Akan melepas cadangan karbon yang berharga ke alam bebas. Kebakaran gambut ini ibarat api dalam sekam. Di luar hanya muncul asap, tetapi di dalam api menyala dan menjalar ke mana-mana. Saat angin bertiup, api akan menyebar, membakar kawasan di sekelilingnya.
Asap Riau sebenarnya sudah terdeteksi. Akhir Januari lalu, media di Riau sudah mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi kebakaran lahan, seperti tahun-tahun sebelumnya. Sayang, pemberitaan tidak diperhatikan.
Pemerintah Riau tidak memiliki kepekaan terhadap kebakaran lahan. Nyaris tak ada tindakan dari aparat setempat bagi pembakar lahan selagi api masih kecil.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR