Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370, selain menyuguhkan banyak spekulasi, ketidakpastian, dan sisi menyedihkan, juga menunjukkan sisi lain yang mengagumkan.
Banyak bangsa membantu pihak Malaysia mencari pesawat yang hilang sejak Sabtu (8/3) lalu. Mereka mengerahkan teknologi-teknologi tercanggih yang dimiliki.
Salah satu teknologi canggih yang patut disorot adalah pesawat AP-3C Orion milik Angkatan Udara Australia (RAAF).
AP-3C Orion dikerahkan untuk mengonfirmasi obyek diduga puing pesawat Malaysia Airlines MH370 dalam citra yang dirilis oleh pemerintah Australia, Kamis (20/3).
Seperti apa AP-3C Orion itu? Apa kecanggihan yang dimiliki sehingga diandalkan untuk menguak salah satu teka-teki pesawat hilang paling besar ini?
AP-3C Orion sebenarnya adalah keluarga pesawat P-3 Orion. Pesawat itu diproduksi oleh salah satu industri pesawat terkemuka, Lockheed-Martin.
Kini, ada 17 negara yang memiliki pesawat P-3 Orion. Selain Australia, negara lain yang memiliki antara lain Kanada, Jepang, Inggris, Pakistan, dan tentu saja Amerika Serikat.
P-3 Orion dikembangkan sejak tahun 1950-an. Pesawat ini adalah modifikasi dari pesawat penerbangan sipil yang diproduksi Lockeed Martin, Electra.
P-3 Orion awalnya dikembangkan untuk kepentingan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Tujuan pengembangannya adalah untuk melakukan patroli laut dan memantau keberadaan kapal selam.
Prototipe dari pesawat P-3 Orion disebut YP3V-1 dengan nomor seri 148276. Pesawat itu terbang perdana pada 25 November 1959.
US Navy memesan 157 unit pesawat canggih ini. Generasi pertama dari P-3 Orion yang digunakan oleh US Navy disebut P-3A Orion.
Sebagai pesawat militer, P-3 Orion tentu berbeda dengan Electra. Perbedaan utamanya adalah adanya perangkat deteksi anomali magnetik (MAD) untuk mengetahui adanya kapal selam.
Keunggulan P-3 Orion adalah kemampuannya untuk terbang rendah serta dalam jangka waktu lama sehingga sangat bermanfaat bagi patroli maritim.
Seiring waktu, banyak negara kemudian meminati pesawat ini untuk kebutuhan militer maupun risetnya.
Pengembangan juga dilakukan seiring dengan kemajuan teknologi penerbangan. Kini, ada banyak jenis pesawat P-3 Orion.
Generasi P-3A mulai digunakan tahun 1962. P-3 Orion generasi ini telah dilengkapi dengan sensor elektronik, terpedo, dan sonobuoy. Operasi dengan P-3A berlangsung selama 8-10 jam.
P-3A Orion bisa memuat 11 kru. Ada 3 pilot, 2 insinyur penerbangan, operator radio, teknisi, empat operator sensor, koordinator taktis, dan navigator.
Pada tahun 1964, Lockeed-Martin kemudian mengembangkan P-3B yang digunakan pertama kali oleh Selandia Baru.
Beberapa pengembangannya antara lain tak adanya injeksi air dan kapasitas untuk menembakkan Bullpup. Pada tipe P-3B, jumlah kru dipangkas. Satu operator sendor dihilangkan.
Pada tahun 1968 kemudian muncul P-3C Orion. Generasi ini telah dilengkapi dengan radar terbaru, low light television (LLTV), dan sistem deteksi inframerah (IRDS).
Pengembangan paling canggih pada P-3C adalah sistem sensor dan taktis yang terintegrasi dengan Univac CP-901 Digital Computer.
Banyak jenis P-3 Orion kemudian muncul karena modifikasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara atau lembaga yang menggunakannya.
Contohnya, pesawat WP-3D yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) guna memantau cuaca dan badai.
Pesawat milik RAAF yang digunakan untuk melacak puing MH370 sendiri adalah AP-3C Orion, digunakan sejak tahun 2002.
Sebagai pesawat yang telah puluhan tahun "mengabdi", P-3 Orion telah memenuhi kebutuhan banyak negara di banyak misi.
Tahun 1990 misalnya, saat perang Irak, Amerika Serikat menggunakan pesawat ini untuk melacak kapal Irak yang menyeberang dari Basra dan Umm Qasar.
P-3 Orion juga digunakan dalam pemantauan selama serangan Amerika Serikat ke Libya. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga menggunakan pesawat ini untuk riset.
Pencarian MH370 dengan AP-3C Orion memakan biaya yang tak sedikit. Satu jam operasi, biayanya mencapai Rp 1 triliun rupiah, 10-15 kali lipat lebih tinggi dari pesawat tebar garam.
Secanggih apapun P-3 Orion, ada saatnya perannya bakal tergantikan. US Navy pada tahun 2019 akan mengganti P-3 Orion yang dimilikinya dengan Poseidon 8 produksi Boeing.
Sementara di militer Amerika Serikat perannya bakal tergeser, tak berarti harus mengucapkan selamat tinggal pada pesawat hebat ini. Banyak bangsa masih menggunakannya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR