Satu lagi fakta terungkap terkait pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH370 yang hilang sejak Sabtu (8/3). Fakta baru ini adalah muatan kargo pesawat. Malaysia Airlines, Jumat (21/3), mengakui penerbangan itu mengangkut baterai lithium yang mudah terbakar.
Laman harian Daily Mail mengatakan, CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari mengakui soal muatan baterai lithium tersebut, Jumat, hanya empat hari setelah dia menyangkalnya. Muatan ini menguatkan dugaan pesawat meledak dan baterai tersebut menjadi kemungkinan pemantiknya.
Jauhari mengatakan, pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki muatan kargo pesawat. Namun, ujar dia, mereka mengatakan, muatan baterai itu tidak berbahaya, meskipun regulasi menggolongkan baterai sebagai muatan berbahaya. Alasan Jauhari, baterai tersebut sudah dikemas sesuai peraturan penerbangan.
Pengungkapan ini menguatkan dugaan kebakaran pesawat dan isi kabin menghirup asap beracun darinya. Baterai lithium-ion adalah piranti yang dipakai di laptop dan telepon genggam. Sejumlah kejadian terkait kebakaran di dalam pesawat memiliki kaitan dengan baterai sejenis itu dalam beberapa tahun terakhir.
Empat hari sebelumnya, Senin (17/3), Jauhari menyangkal soal muatan baterai. Dia justru mengatakan pesawat yang hilang itu membawa buah manggis. "Dalam jumlah besar, sekitar tiga sampai empat ton manggis," ujar dia yang saat itu mengundang tawa dari para wartawan yang meliput konferensi pers.
Dalam pernyataannya, Jumat, Jauhari mengatakan, "Kami membawa beberapa baterai lithium-ion (berukuran) kecil, bukan baterai besar, dan pada dasarnya (muatan itu) disetujui ICAO (organisasi penerbangan sipil internasional) sebagai barang-barang berbahaya."
Data dari federasi penerbangan Amerika Serikat (FAA), baterai berbahan lithium-ion dalam kargo telah bertanggung jawab atas lebih dari 140 insiden penerbangan dalam kurun Maret 1991 hingga 17 Februari 2014, sebagaimana dikutip oleh Malaysiakini.
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, pesawat hancur setelah terbakar, bermula dari perangkat baterai itu sekalipun alat tersebut sudah dikemas sesuai aturan dan masuk ke dalam kargo. Setidaknya ada dua kejadian.
Satu kasus insiden dipicu baterai adalah kecelakaan penerbangan UPS Airlines 6 yang jatuh saat mencoba mendarat darurat pada September 2010. Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Dubai menuju Cologne, Jerman.
Penerbangan MH370 milik Malaysia Airlines hilang kontak dan belum ditemukan sampai sekarang sejak 8 Maret 2014. Kontak terakhir antara kokpit dan menara kontrol lalu lintas udara terjadi tak lebih dari dua jam sejak pesawat melintasi landasan pacu.
Pekan ini, harapan baru titik terang keberadaan pesawat datang dari Australia. Perdana Menteri Australia Tony Abbot, Kamis (20/3), mengatakan citra satelit komersial mendapatkan gambar dua puing di kawasan selatan Samudra Hindia yang diperkirakan berhubungan dengan pesawat yang hilang.
Namun, upaya pencarian hingga hari kedua masih mendapatkan hasil nihil. Pesawat pencari canggih yang diterbangkan ke koordinat sebagaimana citra satelit tertanggal 16 Maret 2014 tersebut belum mendapatkan satu pun tanda keberadaan puing. Pencarian juga terkendala jauhnya lokasi itu, yang butuh empat jam penerbangan untuk mencapainya menggunakan pesawat sekelas P3-Orion.
Billie Vincent, mantan kepala keamanan FAA, mengatakan, pengungkapan kargo baterai tersebut semakin meyakinkannya bahwa ada api di pesawat bermula dari "bagasi". Api inilah yang diduga menghancurkan peralatan komunikasi pesawat, sekaligus "mengirimkan" asap beracun ke kabin.
Meski demikian, sebagaimana dikutip Daily Mail, Vincent berpendapat asap tersebut memang dapat melumpuhkan penumpang, tetapi seharusnya pilot masih punya kesempatan melakukan pendaratan darurat. Dia pun mengatakan berdasarkan semua informasi yang sudah muncul sejauh ini, kemungkinan besar pesawat mengalami masalah dan pemicunya adalah bahan-bahan berbahaya.
Sementara itu, Presiden ketiga Indonesia yang juga dikenal luas di kalangan internasional sebagai pakar rancang bangun pesawat, BJ Habibie, menduga pesawat meledak di ketinggian 10 kilometer alias 35.000 kaki. Dia menolak menyebutkan dugaan penyebab ledakan, tetapi menyinggung pula kemungkinan permasalahan dengan masih penuhnya bahan bakar ketika pesawat hilang kontak.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR