Menurut para peneliti, teknik ini juga bisa diterapkan pada spesies yang lainnya selain Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit. Sebab, teknik ini memiliki fitur keamanan yang bisa membatasi diri menyebar di lingkungan.
Para ilmuwan juga melaporkan, “Studi ini menunjukkan pgSIT mungkin merupakan teknologi yang efisien untuk pengendalian populasi nyamuk dan contoh pertama yang cocok untuk pelepasan di dunia nyata. Di masa depan, pgSIT dapat menyediakan teknologi generasi berikutnya yang efisien, aman, terukur, dan ramah lingkungan untuk pengendalian populasi liar nyamuk penyebar penyakit yang menghasilkan pencegahan penularan penyakit manusia secara luas.”
Meskipun alat rekayasa genetika molekuler masih baru, namun petani telah mensterilkan serangga jantan untuk melindungi tanaman mereka setidaknya sejak tahun 1930-an.
Baca Juga: Sains Terbaru: Eksperimen Sebar Nyamuk Aedes aegypti di Yogyakarta
Petani Amerika Serikat pada 1950-an mulai menggunakan radiasi untuk mensterilkan spesies hama seperti lalat New World Screwworm, yang diketahui merusak ternak. Metode berbasis radiasi serupa berlanjut hari ini, bersama dengan penggunaan insektisida.
Sementara itu, pgSIT dirancang sebagai teknologi yang jauh lebih tepat dan terukur karena menggunakan CRISPR -- bukan radiasi atau bahan kimia -- untuk dapat mengubah gen kunci nyamuk. Sistem ini didasarkan pada metode yang diumumkan UC San Diego tahun 2019 oleh Akbari dan rekan-rekannya yang dilakukan pada lalat buah Drosophila.
Baca Juga: Demam Berdarah: Memanfaatkan Google Trends Sebagai Sistem Monitoring
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR