Galeri Foto Jurnalistik Antara kembali kembali menggelar pameran tunggal Ismar Patrizki, pewarta foto muda Divisi Mandiri Pemberitaan Foto Antara. Foto-foto yang dipamerkan adalah hasil kunjungannya ke Xinjiang saat ia diundang ke sana tahun 2013 yang lalu bertepatan dengan momen Idul Fitri.
“Saya bersama fotografer dari sebelas negara lainnya diundang ke Xinjiang,” terang Ismar Patrizki saat ditanya waktu pembukaan pameran beberapa hari yang lalu. Ini adalah pameran foto tunggalnya yang kedua kali di gelar oelh Galeri Foto Jurnalistik Antara. Ia dan fotografer negara lain diundang oleh salah satu media pemerintah Cina, China Radio International (CRI).
Ia menempuh 6 jam lewat udara dari Jakarta ke Beijing, lalu dilanjutkan 4 jam lewat udara ke Urumqi, ibukota provinsi Xinjiang. “Kalau jalan darat dari Beijing ke Urumqi lebih dar 12 jam perjalanan,” kata Ismar menjelaskan perjalanannya.
Perjalanan dimulai dan singgah semalam di kota industri, Shihezi. Salah satu kota tempat mobilisasi etnis mayoritas Cina, Han. Perjalanan dilanjut ke arah utara dengan kota terakhir yang dikunjungi adalah Tacheng yang lokasinya berbatasan dengan Kazakhstan dan Rusia.
Provinsi Xinjiang adalah wilayah unik karena wilayah otonomi di kawasan barat-daya negeri China. Wilayah ini didiami oleh banyak suku bangsa yaitu bangsa Han, Mongol, Rusia, Kazakh, Daur dan Uyghur.
Oscar Matuloh, kurator GFJA, dalam pengantar di katalog pameran menyebutkan di luar bangsa Han yang menjadi etnis mayoritas ada lima etnis minoritas yang hidup berdampingan dengan damai di sana dengan budaya dan istiadat turun temurunnya masing-masing. “Sejarah panjang jauh sebelum Tentara Merah masuk dan menguasai mereka. Xinjiang memiliki perbatasan langsung dengan Pakistan, Tajikistan, Uzbekistan, Kirgystan, Kazakhstan, dan secara emosional lebih dekat dengan penduduk di negara-negara tersebut dibanding dengan China,” demikian pengantar Oscar Matuloh
Dari semua wilayah itu Ismar tak diperbolehkan untuk masuk ke wilayah Uyghur yang dikenal sebagai wilayah separatis yang ingin memisahkan diri Cina. Dengan bujuk rayu kepada panitia akhirnya Ismar dibolehkan memasuki wilayah Uyghur. “Namun, sesuatu yang cukup berkesan yaitu saat merayakan Idul Fitri 1434 H bersama warga etnis minoritas di Xinjiang. Sebuah perayaan Idul Fitri di ‘Negeri Tirai Bambu’ yang jauh dari hingar bingar kemeriahan, hanya perayaan yang dilakukan sederhana dengan melaksanakan salat ied bersama warga etnis Uygur di salah satu masjid kecil di pelosok wilayah Hoboksar,” tulis Ismar dalam catatannya dalam katalog pameran.
Bangsa Mongol adalah peternak ulung yang hidup nomoden di padang rumput namun sangat ramah menerima pendatang. “Mereka menyambut saya bak tamu kehormatan, diberi berbagai suguhan dan dipakaikan busana tradisonal Mongol. Warga etnis ini sangat senang bernyanyi dan menari,” kenang Ismar. Lihatlah portrait orang-orang Mongol yang dibuat Ismar, memperlihatkan keterbukaan mereka pada fotografer yang baru mereka jumpai dan juga ketangguhan mereka yang biasa hidup di alam terbuka. Heroik!
Bangsa Rusia mendiami wilayah utara Xinjiang. Mereka memeluk agama kristen Ortodoks. “Mereka menyambut orang asing dengan tangan terbuka. Mereka orang-orang yang gemar berpesta. Hampir setiap sore tarian spontan mereka gelar di taman Kota Tacheng,” jelas Ismar. Sebuah foto tarian warga di taman kota Tacheng yang dibuat Ismar menceritakan tradisi pesta itu. Di kota ini Ismar mengakhiri perjalanannya sebelum bertolak kembali ke Jakarta.
Etnis Daur merupakan masyarakat yang mendiami kawasan Danau Baikal Rusia, Mongolia, dan timur laut Cina. Etnis Daur merupakan penganut kepercayaan Shaman.
Sebagian kecil di antaranya menganut ajaran Lamaisme. Walau tidak banyak yang dapat digali di sana Ismar sempat memotret sebuah ritual yang sedang berlangsung di sana.
Bagi Ismar, etnis-etnis minoritas Xinjiang hidup berdampingan di barat daya 'Negeri Merah' dan berusaha bertahan dari terpaan gelombang kedatangan etnis mayoritas Han adalah bak sebuah Bianglala dalam kehidupan.
Pameran Ismar Patrizki akan digelar sampai tanggal 28 Maret 2014. Saat memasuki ruang pameran kita akan menjumpai sederatan foto yang penuh warna bak Bianglala yang ingin disampaikan Ismar dalam pamerannya kali ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Tabloid Nakita |
KOMENTAR