Anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang down syndrome umumnya memiliki gangguan dalam berkomunikasi dan berempati. Namun dengan musik, mereka dapat belajar untuk lebih menghargai orang lain atau lawan bicaranya.
Psikolog sekaligus pemerhati anak berkebutuhan khusus, Sri Muji Rakhmati mengatakan, anak berkebutuhan khusus memiliki kecenderungan untuk menyela pembicaraan orang. Artinya, mereka tidak dapat menghargai hak orang lain dalam berbicara.
"Dengan belajar bermusik, mereka bisa menjadi lebih tertib untuk mengetahui giliran mereka membunyikan alat musiknya. Ini juga akan bermanfaat bagi mereka saat berbicara," jelas Wati, sapaan akrabnya, pada sebuah talkshow dalam rangka peringatan Hari Musik Nasional dan Hari Down Syndrome Sedunia yang diadakan oleh Pinisi Edutainment Park, di Jakarta, Senin (24/3).
Permainan musik yang butuh kerjasama seperti angklung, kata dia, dapat melatih kemampuan berempati. Dalam bermain angklung, dibutuhkan kesabaran dan kedisplinan, maka sangat bermanfaat bagi anak penyandang down syndrome.
Wati menjelaskan, anak penyandang down syndrome membutuhkan pelatihan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurutnya, memainkan musik angklung dapat memberikan ketiga ranah tersebut.
Bermain secara umum dapat melatih ranah kognitif, dan karena dilakukan bersama-sama, bermain angklung pun dapat melatih ranah afektif. Menggerakan alat musik juga bisa melatih ranah psikomotorik.
"Menggerakan alat musik akan melatih keseimbangan, koordinasi mata dan tangan," tutur pengelola Yayasan Budi Waluyo ini.
Selain angklung, kata Wati, latihan yang baik untuk anak penyandang down syndrome adalah paduan suara dan bermain piano. Paduan suara akan melatih kemampuan berbicara pada anak penyandang down syndrome yang umumnya memiliki lidah pendek. Sementara bermain piano dapat melatih rasa mereka.
"Setiap nada dalam musik merangsang saraf tertentu pada otak. Apalagi jika alat musik dimainkan bersama-sama dengan tim," jelasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR