Sepertinya kita harus meninjau ulang kebiasaan kita berkirim pesan menggunakan ponsel. Sebuah diagnosa baru bernama WhatsAppitis untuk menyebut gangguan akibat terlalu sering menggunakan WhatsApp.
Seorang dokter asal Spayol, Ines Fernandes-Guerrero dari Granada General University Hospital, menemukan salah seorang pasiennya mengeluh pada kedua pergelangan tangannya. Setelah ditelusuri, si pasien ternyata sering menggunakan WhatsApp. Gangguan ini lantas disebut dengan WhatsAppitis. WhatsApp dianggap sebagai biang keladi lantaran pasien perempuan berusia tidak mempunyai riwayat bekerja berat sebelumnya.
Seperti yang ditulis oleh Fenandez-Guerrero dalam laporannya, pasien tersebut terus memegang ponselnya selama enam jam untuk membalas pesan dari WhatsApp kepada teman-temannya pada Natal tahun lalu. Selain karena posisinya yang statis, berat ponsel yang 4,5 ons, disinyalir sebagai salah satu penyebabnya.
Setelah pemeriksaan itu, Fernandez-Guerrero menyarankan agar perempuan tersebut untuk sementara waktu meninggalkan ponsel pintarnya itu, tapi tidak mempan. Upaya lain juga dilakukan, yaitu dengan memberinya obat anti-inflamasi nonsteroid. Hasilnya nihil juga, juga obat itu ternyata tidak mampu mengontrol si perempuan untuk “menjauh” dari ponsel.
Pada akhir laporannya, Fernandez-Guerrero membuat persamaan WhatsAppitis dengan Nintendinitis dan Wiiitis (dua-duanya adalah gangguan karena terlalu sering bermain game). Diagnosa pertama masing-masing pada 1990-an dan 2007.
Untuk kasus Wiiitis, yang paling terbaru terjadi pada 2009. Seperti yang dilaporkan oleh ABC News, seorang perempuan bernama Elise Bacolas terpaksa harus melakukan terapi fisik karena tanggannya tidak bisa lagi digerakkan akibat terlalu sering bermain Wii.
Neil Roth, dokter yang menangai Bacolas di Rumah Sakit Lenox Hill, New York City, mengatakan, sebelum menangai Bacolas, Roth sudah menemukan 10 hingga 12 kasus yang serupa dengan pasien barunya itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR