Bayu Eko (18), siswa SMKN 5 Kota Bandung, adalah salah satu pengunjung yang rutin datang ke taman ini. Sejak ada taman-taman tematik seperti itu, dirinya hampir tidak pernah lagi nongkrong di mal, kafe, atau Circle K. "Di sini sangat nyaman, tenang. Daripada ke kafe atau warnet, buang-buang duit hanya buat internet," ujarnya sambil berselancar di dunia maya melalui laptop.
Taman Fotografi hanyalah satu dari sedikitnya lima taman tematik yang dibangun Pemkot Bandung. Mayoritas adalah taman hasil revitalisasi. Ada pula taman-taman baru yang dibangun di bekas ruang-ruang sempit dan kumuh, seperti Taman Skateboard di kolong Jembatan Pasupati.
Keberadaan taman-taman tematik itu seolah mengembalikan Bandung ke khitahnya di masa lalu sebagai kota taman. Ridwan Kamil mengatakan, program merevitalisasi dan menambah taman kota adalah upaya untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warga. Semakin banyak taman kota, kian banyak ruang bagi warga untuk saling berinteraksi, baik dengan sesamanya maupun alam.
"Banyak yang bilang, berbahagialah sesepuh yang tinggal di Bandung tempo dulu karena masih nyaman. Maka itu, perlu ada upaya menjadikan Bandung kembali nyaman buat anak cucu," ujar Ridwan, yang mengaku terenyuh ketika mendapatkan pesan singkat dari seorang bapak yang baru pertama kalinya diajak main ke taman kota.
Demikian, taman di Kota Bandung kini kembali "bersemi" menjadi oase, tempat warga kota saling mengakrabkan diri tanpa sekat, seperti halnya yang disampaikan Hendrik Berlage di masa silam.
Semoga langkah ini menyebar ke kota-kota lain sehingga taman menjadi tempat nongkrong yang nyaman.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR