Selama bulan Januari hingga Maret, total hingga sebanyak 221 ton ikan mati di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kejadian ini bukan kali pertama. Sepanjang tahun 2010 lalu, lebih dari 2 ribu ton ikan mati di danau terluas kedua di Sumatera Barat ini.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Limnologi memaparkan temuannya.
"Fenomena kematian ikan secara massal di Danau Maninjau adalah hal yang sudah dapat diperkirakan akan terjadi," terang Dr. Tri Widiyanto, Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI.
Ia mengungkapkan, jumlah Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau sudah melebihi daya dukung danau tersebut. Danau Maninjau hanya mampu mendukung sebanyak 6 ribu KJA, sementara pada saat ini di Danau Maninjau terdapat lebih dari 14 ribu KJA.
Jumlah KJA yang berlebih ini membuat menyebabkan tingginya tingkat asupan bahan pencemar organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan. "Bahan tersebut akan menumpuk di dasar danau dan mengalami proses penguraian oleh mikroorganisme yang menghasilkan senyawa-beracun yang menurunkan kadar oksigen terlarut," jelasnya.
Menurut Tri, perairan memiliki kemampuan alamiah untuk memulihkan lingkungannya. "Namun kalau jumlah masukan sangat tinggi alam juga mempunyai keterbatasan dalam melakukan proses pemulihan sendiri," ujarnya.
Selain itu, kabut asap di sekitar Danau Maninjau juga menjadi pemicu. Hasil pengamatan staf peneliti Stasiun Lapangan LIPI Danau Maninjau menunjukkan dalam sebulan terakhir wilayah danau dan sekitarnya tertutup kabut asap hingga jarak pandang hanya 200 meter. Akibatnya, intensitas penyinaran matahari menurun sehingga menghambat proses fotosintesis—yang menghasilkan sebagai produk sampingan oksigen, yang dibutuhkan ikan dan hewan air lainnya.
Tri menjelaskan perlu perbaikan teknik operasional KJA agar kondisi ini tidak terus terulang. "Perlu penyebaran KJA pada area yang lebih luas dan jarak yang cukup untuk meningkatkan sirkulasi air," paparnya. Selain itu, juga perlu melakukan diversifikasi jenis ikan yang dipelihara. "Juga harus mewaspadai pergantian musim dengan penurunan jumlah tebar ikan dan pengurangan pemberian pakan," jelasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR