Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko membantah telah meminta maaf kepada Singapura atas penamaan KRI Usman-Harun, yang tanpa kesengajaan telah membangkitkan luka batin rakyat negeri jiran tersebut. TNI menilai koresponden stasiun televisi Singapura, Channel News Asia (CNA), salah menafsirkan pernyataan Moeldoko atas wawancara yang mereka lakukan dengan Moeldoko.
"Berdasarkan hasil rekaman wawancara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dalam bentuk transkrip maupun rekaman audio, telah terjadi kekeliruan dalam menafsirkan kalimat yang disampaikan Panglima TNI," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen M Fuad Basya melalui siaran pers, Kamis (17/4).
Respons tersebut diberikan untuk menanggapi berita dari Channel News Asia yang berjudul "Indonesian Armed Forces Chief Expresses Regret Over Naming of Warship". TNI membenarkan bahwa Moeldoko pernah diwawancarai oleh koresponden CNA dari Singapura beberapa waktu lalu di kediamannya di Jakarta Pusat. Hasil wawancara tersebut ditayangkan oleh Channel News Asia pada Selasa (15/4/2014). Situs Channel News Asia menampilkan artikel permintaan maaf Moeldoko.
Fuad mengatakan, maksud dari pernyataan Panglima TNI tersebut adalah permohonan maaf atas tidak dipenuhinya permohonan penangguhan penamaan KRI Usman-Harun yang sudah final dan tidak akan berubah. "Sekali lagi bukan permohonan maaf Panglima TNI kepada pemerintah Singapura atas penamaan KRI tersebut," ujar Fuad.
Adapun kutipan transkripsi pernyataan Panglima TNI dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut: "Saya pikir itu sebuah keputusan kami bahwa Usman Harun tetap penamaan itu, dan sekali lagi mohon maaf bahwa apa yang telah kami pikirkan tidak sama sekali berkaitan dengan membangun emosi kembali, tidak. Yang kedua, negara telah ada recovery pendekatan-pendekatan antara pimpinan, antar-leader, antara saya dan Panglima SAF dan kondisi sekarang sudah menuju ke low intensity emosi. Saya kira ini harus dijaga, tidak perlu lagi rekan-rekan dari Singapura melakukan hal-hal yang tidak produktif. Kami juga seperti itu, saya kira kita pada posisi yang saling menjaga, saling menghormati, dan saling percaya."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR