Tiap tahun, setiap 22 April diperingati sebagai Hari Bumi — yang menandai halaman baru dalam gerakan lingkungan modern.
Hari Bumi dimulai pada 1970, tahun kematian Jimi Hendrix, tahunnya album terakhir The Beatles. Tatkala para siswa AS semakin mengambil sikap menentang perang yang berkecamuk di Vietnam, dan protes banyak disuarakan. Namun wacana menyelamatkan planet bukan satu di antaranya.
Lantas seorang Senator Amerika Serikat dari Wisconsin, Gaylord Nelson, menggagas ide tersebut. Ini dipicu setelah dia menyaksikan tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada 1969.
Sudah sejak 1960-an Nelson menaruh kepedulian dan berkampanye pada isu lingkungan hidup, yang dirasanya lama hilang dari agenda negara. Perayaan awal ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah lingkungan hidup yang mengusik kelestarian planet serta berimbas pada kesehatan manusia.
Singkatnya, Hari Bumi 1970 ini memunculkan semacam kesadaran. Dan Hari Bumi pun menjadi penyaluran energi dari gerakan antiperang dengan menempatkan kekhawatiran mengenai lingkungan di garis depan.
Kegiatan perdana Hari Bumi diikuti oleh 20 juta warga Amerika Serikat, angka tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Dua dekade kemudian, pada 1990, Hari Bumi diikuti oleh 200 juta orang dari 141 negara. Kini, hingga miliaran orang di 190 negara yang mengikuti berbagai aksi Hari Bumi. Lebih dari 5.000 organisasi lingkungan seluruh dunia turut mendukung gerakan ini.
Amy Cassara dari World Resources Institute Washington —yang mencoba menganalisis tren global mengenai lingkungan— telah mencatat bahwa sejak Hari Bumi pertama, gerakan lingkungan telah berevolusi. Awalnya sebuah pokok bahasan sampingan; menjadi sebuah aliran arus utama yang kuat, yang dianggap penting oleh sebagian besar orang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR