Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan Muslim zaman dahulu memiliki karya-karya di bidang sains yang berpengaruh dan dikagumi. Salah satunya adalah "Suwar al-kawakib" atau Kitab Bintang-Bintang Tetap.
Kitab ini adalah manuskrip astronomis berbahasa Arab dari abad ke-10. Kitab ini ditulis oleh cendekiawan terkenal Abd-al Rahman al-Sufi pada tahun 964 Masehi.
Karya ini tercipta berkat gerakan penerjemahan Yunani-Arab yang kuat, yang terpancar di Baghdad. Para cendekiawan dari Persia yang berpusat di Baghdad berusaha menerjemahkan teks-teks klasik Yunani sekuler dan karya-karya para sarjana Helenistik ke dalam bahasa Arab.
Di dunia Barat, Abd-al Rahman al-Sufi dikenal dengan nama Azophi atau Azophi Arabus. Tokoh yang berasal dari Persia ini terlahir di Ray pada 7 Desember 903 dan meninggal pada 25 Mei 986. Semasa kecil hingga dewasa, ia menetap di Kota Isfahan.
Pemerintah Uzbekistan memiliki salinan faksimili asli pertama dari Kitab Bintang-Bintang Tetap karya al-Sufi tersebut. Menurut laporan Euronews, pemerintah Uzbekistan hendak menyajikan "salinan faksimili asli pertama dari manuskrip" kitab tersebut.
Uzbekistan dulunya merupakan bagian dari wilayah diperintah oleh Kerajaan Persia. Wilayah negara ini berada di jantung Jalur Sutra kuno. Lokasi pusatnya di trans-benua Eurasia memungkinkannya menjadi salah satu peradaban pertama yang berkembang dan tumbuh.
Upaya penyajian salinan Kitab Bintang-Bintang Tetap itu merupakan bagian dari Project: Cultural Legacy of Uzbekistan in the World Collections. Proyek ini diluncurkan untuk mengidentifikasi, membuat katalog, dan memamerkan semua benda seni yang mencerminkan warisan budaya Uzbekistan yang tersebar di seluruh dunia, menurut laporan Ancient Origins.
Baca Juga: Ibnu Haytham, Ilmuwan Muslim Yang Menginspirasi Dunia Keilmuan Barat
Abd-al Rahman al-Sufi melakukan pengamatan astronomi dan membuat manuskrip kitab tersebut dari Isfahan di Iran. Ia mendedikasikan Kitab Bintang-Bintang Tetap itu untuk Adud al-Dawla, seorang Emir dari Dinasti Buyid yang mendukung aktivitas intelektualnya secara finansial.
Al-Sufi bertanggung jawab atas inovasi dalam memetakan bintang-bintang. Ia memperbarui garis bujur rasi bintang Ptolemy dari 137 Masehi dengan menambahkan 12 derajat dan 42 menit pada nilai longitudinal Ptolemy agar lebih presisi.
Dalam upayanya ini, ia menggunakan produksi ilustrasi ganda untuk setiap rasi bintang Ptolemy. Satu ilustrasi digambarkan di bola langit, sementara yang lain dilihat langsung di langit malam.
Buku ini bukan satu-satunya kontribusi al-Sufi di bidang astronomi dan sains. Dia juga berkontribusi pada pembangunan observatorium penting di kota Shiraz, dan berperan dalam desain banyak instrumen astronomi seperti astrolab dan bola langit.
Al-Sufi mengidentifikasi lebih dari 100 bintang baru, bersama dengan deskripsi dan ilustrasi pertama yang diketahui dari galaksi Andromeda. Dia juga mampu meningkatkan banyak pengamatan Ptolemy melalui data empiris dan kesimpulan, dan pengaruhnya dalam astronomi bergema hingga abad ke-19.
Kitab Bintang-Bintang Tetap sendiri sering dipuji sebagai mahakarya seni Asia Tengah. Hal ini juga dapat dianggap sebagai bukti bahwa gerakan Renaisans yang muncuk pada abad ke-15 di Eropa merupakan produk sampingan dari hasil pertukaran budaya antara Eripa dengan Asia, khususnya lewat perdangan di daerah-daerah yang terhubung dengan Jalur Sutra kuno.
Baca Juga: Perempuan Arab Penjaga Terusan Suez, Inspirasi Patung Liberty
Dalam Kitab Bintang-Bintang tetap terdapat 74 miniatur rasi bintang yang kecil dan mempesona. Kitab ini adalah salah satu risalah tertua yang masih ada saat manuskrip-manuskrip bergambar mulai menjadi fokus para cendekiawan.
Secara ilmiah, dalam kitab ini al-Sufi menggabungkan prinsip-prinsip astronomi Arab kuno, dengan pengetahuan tentang bintang-bintang yang ditransmisikan oleh orang-orang Yunani. Abd-al Rahman al-Sufi mengambil seluruh katalog Ptolemy dan menggabungkannya dengan bintang-bintang yang disebutkan dalam literatur Arab.
Efek dari kitab ini bergema langsung ke dunia modern. Saking besarnya karya ini, pemerintah Uzbekistan pun hendak memamerkan salinan karya ini dan karya-karya bersejarah lainnya yang kaya dengan nilai budaya dan ilmiah seperti ini dan membantu memacu pekembagangan teknologi dan penemuan ilmiah di negara mereka.
Baca Juga: Kisah Haru Persahabatan Dua Difabel Muslim dan Kristen dari Damaskus
Source | : | ancient origins,Euronews |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR