Pemanis buatan, seperti sorbitol, sukralose atau aspartam seringkali dijadikan pengganti gula, khususnya untuk diabetesi. Ini karena pemanis buatan tidak mengandung sukrosa melainkan fruktosa yang dengan jumlah yang sangat sedikit namun cukup memberikan rasa manis.
Dengan kata lain, pemanis buatan lebih aman untuk mencegah peningkatan gula darah yang melonjak tinggi. Meski begitu, pemanis buatan juga sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan.
"Tentu konsumsi pemanis buatan juga ada batasannya, tergantung jenis pemanisnya," kata dokter spesialis penyakit dalam Brigjen TNI Ariz Wibudi dalam sebuah wawancara, pekan lalu, di Jakarta.
Konsumsi pemanis buatan yang berlebih dapat berefek sama seperti mengonsumsi gula pasir, yaitu meningkatkan kadar gula darah. Meskipun batasannya lebih tinggi daripada gula pasir.
Ia menjelaskan, kalau gula pasir batas konsumsi dalam sehari yaitu tujuh sendok teh per hari, maka konsumsi pemanis buatan lebih banyak lagi. Misalnya untuk pemanis buatan dengan kombinasi aspartam dan asesulfam, batasannya yaitu 15 miligram per kilogram berat badan.
"Sehingga untuk orang dengan berat badan 50 kilogram batasannya 750 miligram per harinya. Batasan tersebut berbeda lagi untuk pemasnis buatan dengan kombinasi sorbitol dan sukralosa," terang dia.
Penelitian juga menunjukkan, fruktosa tidak mampu memberikan sinyal "kenyang" pada otak. Sehingga dengan mengonsumsi fruktosa, tubuh akan tetap merasa lapar dan meminta makan lebih banyak dari yang seharusnya dimakan.
Kendati demikian, pemanis buatan yang dikemas biasanya dalam satu kemasan hanya mengandung 10 miligram sehingga sangat jauh dari ambang batas konsumsinya dalam sehari. Ariz mengatakan, konsumsi pemanis buatan berlebihan jika jumlah kemasan yang dimakan mencapai sekitar 50 kemasan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR