“Di sini, di tempat kelahiran Raja Damai, saya mengundang Anda, Presiden Mahmoud Abbas dan Presiden Shimon Peres, bergabung bersama saya dalam doa sepenuh hari kepada Tuhan untuk karunia perdamaian,” kata Paus Fransiskus saat memimpin misa di Lapangan Manger (Lapangan Palungan), Bethlehem.
Dalam kunjungannya di hari Minggu (25/5), sang pemimpin umat Katolik sedunia mengundang kedua pemimpin negara yang sedang berkonflik itu ke Vatikan.
"Saya menawarkan rumah saya di Vatikan sebagai tempat untuk pertemuan doa," kata Fransiskus. Undangan tersebut merupakan kejutan tak terduga, mengingat penekanan sebelumnya bahwa kunjungan Fransiskus ke Bethlehem adalah murni untuk kegiatan religius, ziarah memperingati ulang tahun Katolik Ortodoks.
Isaac Herzog, pemimpin oposisi Israel, menyebut Paus telah mengirim pesan yang sangat jelas kepada Netanyahu dengan undangan untuk Abbas dan Peres itu. Berbicara di Channel 2 TV, Herzog berpendapat pada dasarnya Paus secara tersirat menyatakan, "Lakukan sesuatu. Ini tak bisa terus seperti ini."
Kepada kedua pemimpin tersebut, Paus Fransiskus menawarkan kediamannya di Vatikan sebagai tempat untuk bertemu. Juru Bicara Vatikan, Pastor Federico Lombardi menggambarkan inisiatif ini belum pernah terjadi sebelumnya. Lombardi berharapa pertemuan bisa segera digelar sebelum masa kepresidenan Shimon Peres berakhir pada Juli mendatang.
Pernyataan itu langsung mendapat tanggapan dari kantor kepresidenan Israel maupun Palestina. Rencananya, doa bersama di Vatikan itu akan berlangsung pada 6 Juni 2014.
Menanggapi tawaran Paus itu, juru bicara Shimon Peres mengatakan bahwa pihaknya selalu menerima inisiatif apa pun untuk upaya mempromosikan perdamaian. Kesediaan Peres memenuhi undangan Paus pun akan menjadi makna simbolis yang besar. Dia mengambil risiko "mengganggu" Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan pergerakannya ini.
Sementara itu, juru bicara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak berkomentar. Bulan lalu, Netanyahu mengakhiri pembicaraan damai dengan Palestina, setelah Mahmoud Abbas menandatangani rekonsiliasi dengan Hamas yang merupakan musuh bebuyutan Israel.
Tak seperti para pendahulunya yang mengunjungi Palestina melalui Israel, lawatan Paus Fransiskus adalah lawatan langsung menuju Bethlehem.
“Fakta bahwa ia datang langsung dari Yordania ke Bethlehem, tanpa melalui Israel, adalah pengakuan diam-diam pada negara Palestina," kata Hanan Ashrawi, seorang Kristen Palestina yang merupakan pejabat senior di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Dalam perjalanan menuju Lapangan Manger, Paus menyempatkan berhenti, turun dari kendaraannya, berlutut, dan kemudian berdoa di hadapan tembok pemisah yang dipasang Israel di kawasan Tepi Barat.
Dalam kunjungannya ini, Paus kembali menyerukan pewujudan keadilan dan solusi agar Israel dan Palestina dapat hidup bersama dalam damai. Menurut dia, Israel layak mendapatkan perdamaian dan keamanan dengan perbatasan yang diakui secara internasional. Sementara Palestina, kata dia, juga punya hak untuk hidup bermartabat dengan kebebasan bergerak di tanah mereka sendiri.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR