Tiga pemain bermarga Tan
Sebelum Orde Baru, pemain-pemain keturunan Tiongkok senantiasa menjadi andalan tim Indonesia. Pada Piala Dunia 1938, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, ada setidaknya tiga pemain keturunan Tiongkok bermarga Tan. Mereka adalah Tan "Bing" Mo Heng, kiper yang tergabung dalam klub HCTNH Malang, serta dua penyerang bernama Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja) dan Tan See Han (HBS Soerabaja).
Pemain keturunan Tiongkok jadi andalan
Kemudian, pada Olimpiade 1956 di Melbourne, ada Tan Liong Houw, Phwa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang, dan Beng Ing Hien. Pelatih tim Indonesia saat itu, Anton Pogacnik, mengaku keempatnya merupakan kunci pertahanan saat tim Garuda menahan imbang Uni Soviet 0-0.
Antun Pogacnik pelatih tersukses
Berkat penanganan mantan pelatih tim nasional Yugoslavia, Antun 'Toni' Pogacnik, tim nasional Indonesia meraih kesuksesan terbesar. Semasa dia melatih, Indonesia mampu menjadi semifinalis Asian Games 1954 di Manila, menahan imbang tim Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne, dan merebut medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Pogacnik juga nyaris membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.
Diplomasi sepak bola Indonesia-Yugoslavia
Sebelum menjadi pelatih, Pogacnik merupakan gelandang bertahan timnas Yugoslavia yang kemudian melatih timnas negara Balkan tersebut. Pada 1954, dia sepakat melatih timnas Indonesia atas permintaan Presiden Soekarno kepada Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
Indonesia tolak ladeni Israel
Setelah melewati Tiongkok dalam pertandingan kandang dan tandang, Indonesia lolos ke babak kedua kualifikasi Piala Dunia 1958 Swedia. Pada babak itu, Indonesia tergabung bersama Israel, Sudan, dan Mesir. Namun, sikap politik Indonesia, Sudan, dan Mesir membuat ketiga negara itu menolak meladeni Israel. Israel pun diuntungkan dan melaju ke babak playoff, tahap selanjutnya untuk masuk putaran final di Swedia. Namun, langkah Israel terhenti akibat takluk dari Wales, runner up grup kualifikasi Eropa.
Kiblat ke Belanda dan Eropa Timur
Sejak era kemerdekaan hingga sekarang, tim Indonesia telah dilatih oleh sedikitnya 17 pelatih asing. Dari jumlah itu, sosok pelatih yang diimpor terbanyak berasal dari Belanda dan kawasan Eropa Timur. Paling tidak ada empat pelatih dari 'Negeri Kincir Angin, yakni mantan arsitek Feyenoord Rotterdam Wiel Coerver, Frans van Balkom, Henk Wullems, dan eks-punggawa timnas Belanda era 1970-an Wim Rijsbergen. Deretan nama tersebut belum ditambah Johannes Christoffel van Mastenbroek yang melatih tim Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938.
Adapun pelatih dari Eropa Timur mencakup Antun 'Toni' Pogacnik dari Yugoslavia, Anatoli Polosin asal Rusia, Josef Masopust dari Cekoslowakia, Ivan Toplak dari Yugoslavia, Marek Janota asal Polandia, dan Ivan Kolev dari Bulgaria. Polosin menjadi pelatih asing terakhir yang mampu mengantarkan tim nasional Indonesia merebut medali emas SEA Games 1991 di Manila.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR