Sebuah konvoi kecil truk militer yang bergemuruh berhenti di lokasi kuil kuno Banteay Chhmar, di Kamboja utara. Para pria bersenjata mengatur mengatur penghalang jalan di sekitar kuil tersebut, membatasi dari dunia luar. Kemudian tentara menempatkan penduduk desa setempat untuk bekerja dengan linggis, merampok harta Banteay Chhmar berusia 800 tahun.
Dinding candi yang halus terpahat menggambarkan bangkitnya Kerajaan Khmer makmur yang pernah membentang jauh sepanjang daratan Asia Tenggara. Adegan rinci pahatan pertempuran dan upacara kerajaan yang merupakan sumber penting bagi data arkeolog dan sejarawan. Tetapi dalam dua minggu kerja sigap, para penjarah mencongkel terpisah bagian 29,4 meter dinding terpahat, mencincangnya menjadi bagian-bagian kecil, serta memuat ke dalam enam truk besar. Kemudian mereka menghilang dengan jarahan itu.
Penjarahan Banteay Chhmar pada 1998 tetap yang paling terkenal dari pencurian barang antik dalam sejarah Kamboja. Hanya sebagian kecil dari dinding itu telah pulih.
Siapa tepatnya yang merencanakan operasi ini dan banyak penjarahan candi lain, dan bagaimana karya seni curian diperdagangkan, adalah pertanyaan yang lama yang masih membingungkan arkeolog.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 13 Juni 2014 di British Journal of Criminology, kriminolog Simon Mackenzie dan pengacara Tess Davis, keduanya dari University of Glasgow di Skotlandia, mengungkapkan apa yang mereka gambarkan sebagai jaringan kejahatan inti antarnegara yang mengorganisasi penjarahan Banteay Chhmar dan beberapa situs besar lainnya di Kamboja.
"Saya tidak menganggap saya melebih-lebihkan betapa pentingnya penelitian ini," kata arkeolog Morag Kersel dari DePaul University di Chicago, peneliti penjarahan dan perdagangan artefak di Yordania dan Israel.
Sampai saat ini, para arkeolog telah memiliki sedikit data dasar tentang bagaimana artefak dipindahkan dari lokasi ke konsumen.
Bumi Semakin Rapuh pada 2024, Ilmuwan Wanti-wanti Datangnya Ancaman yang Lebih Buruk
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR