Selain Sangkring, di Nitiprayan terdapat berbagai tempat yang berhubungan dengan kegiatan kreatif. Tempat itu antara lain Office for Contemporary Art (OFCA) dan Sarang Building, keduanya milik perupa Jumaldi Alvi; Rumah Budaya Tembi (dirintis oleh salah satu senior hari Kompas, P Swantoro); Balai Keseharian dan Pemajangan (Handiwirman); Jogja Art Lab (Yunizar); Sewon Art Space; sampai Heri Pemad Art Management (HPAM) milik wiraswasta dunia seni yang kini menjadi selebritas seni rupa, Heri Pemad. Jangan lupakan pula sejumlah seniman yang memiliki rumah, sanggar disitu, seperti Djoko Pekik, Butet Kertaradjasa, dan Whani Darmawan. Cewek Bandung seperti Arahmaiani pun kini lebih senang disebut sebagai “cewek Bantul”.
Tetap tertawa
Didukung suasana seperti itulah Yogya menjadi daerah sangat menggairahkan. Art Jog yang digelar tiap tahun oleh Heri Pemad di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) barangkali merupakan perhelatan seni rupa yang tak akan pernah dibayangkan situasinya oleh mereka yang belum pernah mengunjunginya.
Pada malam pembukaan Art Jog 2014 awal Juni lalu, orang masuk halaman TBY saja sudah kesulitan, saking banyaknya manusia. Banyak tamu VIP dari Jakarta ataupun kota lain akhirnya hanya ngobrol-ngobrol di jalanan di depan TBY. Selama kegiatan pameran seni rupa kontemporer ini berlangsung, ribuan orang datang setiap hari. Kalau tahun-tahun sebelumnya gratis, tahun ini Heri Pemad memberlakukan tiket masuk seharga Rp. 10.000.
“Ternyata orang tetap berjubel,” ucap Pemad. “Tahu tidak, kantor ini sendiri sebenarnya teras,” tambahnya mengenai kantornya di TBY. Teras itu ia sekat-sekat dengan multipleks. “Kalau acara selesai, multipleks dan kayu-kayu dijadikan peti untuk mengirimkan barang-barang,” ujarnya tertawa.
Dalam kegiatan berskala besar, di gedung-gedung atau galeri yang masif, kita bisa menjumpai orang seperti Heri Pemad, PUtu Sutawijaya, dan Timboel Raharjo yang tetap tertawa. Mereka santai, efisien naik sepeda motor, tidak menjadi birokrat yang kaku dan formal.
Anda masih tidak percaya bahwa energi itu asalnya bukan dari modal, melainkan manusia…
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR