Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, memiliki kerajinan khas dari kreasi anyaman rotan. Menganyam rotan bagi perajin dalam industri rumah tangga bagaikan menganyam kehidupan. Bahan baku rotan yang diperoleh dari sejumlah kabupaten di Kalteng itu berpindah-pindah tangan sebelum akhirnya menjadi aneka bentuk kerajinan, seperti tas, tikar, topi, kotak tisu, dan sandal.
Kota berpenduduk 229.599 orang tahun 2012 itu terdiri atas lima kecamatan, yaitu Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu, dan Rakumpit, dengan luas wilayah 2.678,51 kilometer persegi. Sesuai data Direktori Perusahaan Industri Kecil dan Menengah dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palangkaraya, tahun 2013 terdapat 12 industri rumah tangga penghasil anyaman rotan.
Industri rumah tangga itu menyerap ratusan pekerja, dengan kapasitas produksi mencapai 9.750 buah kerajinan setiap tahun. Untuk mengolah menjadi anyaman, rotan yang diambil dari kebun atau hutan dipotong-potong dengan ukuran sekitar 1,5 meter. Lalu, perajin mulai membersihkan runtih (serbuk rotan) dan ruasnya. Setelah dijemur, batang rotan dipotong menjadi bilahan atau dalam bahasa setempat disebut dijangat berukuran sekitar 0,5 sentimeter. Selanjutnya, bilahan itu diraut menggunakan pisau kecil agar rotan lentur dan tipis.
!break!Menganyam rotan perlu waktu 2-3 hari, tergantung bentuk dan kerumitannya. Setelah dianyam, rotan diwarnai, didesain, dilem, dan dijahit. Pada proses ini, anyaman rotan berpindah tangan sesuai keahlian perajin. Menurut Sri Ngawang (68), pemilik industri kerajinan rotan Pahias, anyaman rotan bisa awet hingga lebih dari 10 tahun asalkan tidak terkena air dan dalam memprosesnya tak menggunakan varnish. Dompet, tas, dan tempat tisu dari anyaman rotan dijual Rp 25.000-Rp 500.000 per buah.
Sejumlah perajin mengaku, omzet setiap bulan yang didapat dari kerajinan anyaman rotan itu berkisar Rp 5 juta hingga Rp 25 juta. Setiap perajin dibantu oleh 3-25 pekerja, yang merupakan tetangga sekitar atau saudara dan kerabat.
Ramintje, misalnya, pemilik industri rumah tangga Pahari, dibantu 25 pekerja, yang adalah kerabatnya. Dia dapat memenuhi pemesanan tas atau ikat kepala khas Dayak sebanyak 400 buah setiap bulan. Setiap karyawan yang membantunya mendapatkan upah Rp 200.000 dari dua tas yang dihasilkan.
Esly S Lambung, pemilik kerajinan anyaman Galilea, menambahkan, ”Pemasukan sebulan mencapai Rp 5 juta. Bahkan, jika ada banyak pesanan, bisa lebih dari Rp 100 juta,” kata Esly yang dibantu 20 pekerja. Setiap pekerja di tempat usaha milik Esly setiap bulan memperoleh penghasilan hingga Rp 1,5 juta.
Dari usaha itu, perajin bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Esly yang memulai usaha tahun 2000 mampu menyekolahkan delapan anaknya hingga perguruan tinggi. Usaha itu juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan kerabat sekitarnya, yang umumnya ibu rumah tangga.
Terkait pemasaran, perajin memang masih menjual produknya secara lokal. Mereka memiliki ruang pamer khusus di rumah masing-masing, atau menitipkan produknya di toko suvenir dan Pasar Datah Manuah, Palangkaraya. ”Kami terbantu dengan ada pameran, seperti Kalteng Expo setiap Mei, serta ajakan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi untuk pameran di luar daerah. Namun, kami berharap ada sentra kerajinan yang ramai,” kata Esly. Pasar Datah Manuah sebagai sentra kerajinan dinilai terlalu sepi serta tidak sebanding dengan biaya sewa dan listrik Rp 320.000 per bulan.
!break!
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang saat membuka Kalteng Expo 2014 menuturkan, anyaman rotan merupakan produk unggulan. ”Kualitas dan desain perlu terus ditingkatkan. Keterampilan perajin pun perlu terus dikembangkan agar anyaman rotan dapat bersaing, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,” kata dia, kala itu.
Wakil Wali Kota Palangkaraya Mofit Saptono menambahkan, anyaman rotan merupakan usaha kerajinan yang terus didukung Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palangkaraya yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. ”Melalui dinas itu, pemerintah memberikan pelatihan dan pembinaan bagi perajin untuk meningkatkan kualitas. Pemerintah mendukung pemasaran melalui pameran,” kata dia.
Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palangkaraya Syofiardi mengatakan, pemerintah kota menyiapkan dana sekitar Rp 150 juta untuk mendukung pameran dan pembinaan.
Namun, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangkaraya Afendie mengakui Palangkaraya belum punya destinasi wisata unggulan. ”Kami sedang mempersiapkan kawasan Plamboyan Kahayan River Front jadi destinasi wisata unggulan sebagai tempat panggung terbuka untuk pentas pertunjukan kesenian tradisional Dayak, sentra penjualan cendera mata kerajinan, dan wisata kuliner,” ucapnya.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Palangkaraya Gundik Gohong menilai, anyaman rotan sebagai bentuk usaha ekonomi kreatif berdampak pada peningkatan aktivitas ekonomi kota. ”Rotan dan karet adalah dua komoditas paling familier di Kalteng yang jadi penyangga ekonomi keluarga dan masyarakat,” papar dia.
Dengan adanya kerajinan anyaman rotan, petani rotan mempunyai pasar yang jelas untuk menjual rotannya. Petani tak hanya menjadi penerima harga. Biasanya, kata Gundik, harga rotan dan karet tergantung pada harga di dunia. Namun, dengan adanya perajin anyaman rotan, harga rotan di pasar relatif tetap atau minimal tidak turun dipengaruhi harga dunia. ”Selain itu, anyaman rotan merupakan karya seni yang pantas dihargai tinggi karena hasil keterampilan tangan dan orang yang memakainya bisa merasa puas juga bangga,” ucap Gundik.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR