Ideologi kelompok milisi ISIS dianggap sebagai pandangan yang sangat tidak realistis sehingga tidak menarik bagi kaum muslim moderat di Indonesia.
Hal ini diungkapkan pengamat politik Islam, Komaruddin Hidayat, ketika menanggapi seruan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) kepada umat muslim dunia untuk datang ke Irak dan Suriah serta membantu membangun negara Islam.
"ISIS itu pandangan yang romantis dan utopis, jadi sangat tidak realistis," kata Komaruddin Hidayat kepada BBC Indonesia.
"Yang namanya kekhalifahan itu catatan sejarah masa lalu. Nuansa agama dan dinastiisme-nya lebih kental. Sekarang kan sudah diambil alih dengan bentukan negara, nasionalisme yang lebih demokratis, terbagi dan tidak tersentral dengan sosok seseorang."
"Apakah bisa jaman modern ini (bisa dibuat kekhalifahan?). Di Indonesia, sama sekali tidak akan menarik," ujarnya.
Dia berpendapat bahwa pandangan ISIS bisa berkembang luas di Irak dan Suriah karena wilayah itu berada dalam suasana kemarahan, kekecewaan, dan konflik.
Kondisi itu bertolak belakang dengan Indonesia yang memiliki Pancasila dan melindungi kebebasan beragama.
Memperjuangkan kekhalifahan di Indonesia, menurut Komaruddin, "hanya membuang energi" saja.
"Saya malah khawatir bahwa itu menjadi instrumen politik kekuasaan," sambungnya.
"Kekuatan peradaban"
Seperti diketahui, akhir Juni lalu kelompok milisi ISIS telah mendirikan kekhalifahan di wilayah yang sudah mereka kuasai di Irak dan Suriah.
Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, kemudian menyerukan kepada umat muslim untuk berimigrasi ke "Negara Islam" dengan mengatakan langkah itu sebagai kewajiban.
Ia membuat "seruan khusus" itu untuk para hakim, dokter, insinyur, dan mereka yang memiliki keahlian militer dan administratif.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR