Lily Anderson, seorang remaja berusia 17 tahun, dulu sangat gemar membaca. Namun, setelah ia dirawat akibat Hodgkin's Lymphoma pada usia 14, menikmati buku menjadi hal yang mewah.
"Saya dulu membaca satu buku setiap hari. Sekarang saya mulai bisa membaca kembali tapi sebelumnya kemampuan itu benar-benar hilang.
Lily, yang berasal dari Suffolk, Inggris, kini bebas kanker setelah menjalani perawatan kemoterapi, radioterapi dan transplantasi sel punca. Namun perawatan itu telah berdampak fatal. "Saya terus membaca kalimat yang sama berkali-kali. Memori serta konsentrasi saya buruk sekali."
Ketika ia kembali ke sekolah setelah perawatannya usai, yaitu ketika ia berumur 16, otaknya terasa lelah.
Ia merasa sulit untuk fokus pada apa pun lebih dari setengah jam dan belajar hal-hal baru menjadi tantangan.
Perubahan memori dan konsentrasi yang dialami Lily menyusul perawatan kankernya disebut dengan "otak kemo" atau "kabut kemo."
Cancer Research UK menyebut gejala ini sebagai "otak kemo" yang ditandai dengan melupakan hal-hal yang biasanya diingat, sulit memikirkan kata yang tepat dan bingung jika mengikuti pembicaraan.
Menurut situs lembaga amal itu, "Perubahan yang dialami sering kali ringan tapi bisa menurunkan kualitas hidup Anda."
Beban emosional
Helen Thompson, dari bidang informasi Cancer Research UK, mengatakan penting untuk memahami dampaknya pada remaja. "Menambahkan beban fisik dan emosional setelah stres karena perubahan tubuh dan ujian-ujian di sekolah sangat sulit.
"Riset ini bisa membantu kita mempelajari bagaimana kemoterapi berdampak pada memori di pasien remaja sehingga mereka bisa mendapat dukungan yang tepat.
"Remaja penderita kanker biasanya masih bersekolah dan mereka masih ingin melanjutkan pendidikan setelah kemoterapi usai."
Lily mengatakan berkurangnya kemampuan kognitif itu mengejutkan dirinya. "Saya pikir dampak kemo hanya rambut rontok dan rasa mual saja."
Ia berencana kembali ke sekolah pada bulan September dan berusaha melanjutkan hidupnya sebagai remaja berusia 17 tahun. Ia tahu, semua guru sangat mengerti kondisinya dan akan memberinya dukungan yang ia butuhkan.
Lily bercita-cita menjadi seorang perawat karena merasa sangat luar biasa jika bisa membantu orang lain.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR