"Mang Sakim merupakan ahli gamelan Cirebon. Sampai gitar seorang komisaris Belanda itu berhasil di perbaiki, ia tak juga mengambil gitarnya," lanjut Ivan. Sakim kemudian memiliki waktu lebih banyak lagi dalam mempelajari nada-nada gitar sekaligus membandingkan nada-nada pentatonis gamelan.
Kemudian upaya Sakim dilanjutkan oleh anaknya, Sugra. Ia bereksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis. Agaknya, ia telah berhasil menciptakan genre musik baru dengan perpaduan-perpaduan itu.
"Karenanya, kiser (tembang-tembang) Dermayonan (Indramayu) dan Cerbonan (Cirebon) yang biasanya diiringi dengan gamelan, bisa menjadi lebih indah dengan iringan petikan gitar," tambahnya. Keindahan itu, menjadi semakin lengkap setelah petikan dawai gitar diiringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu.
Baca Juga: Dari Sekian Genre Musik, Inilah Genre Musik yang Paling Menular
Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan kiser Dermayonan dan Cerbonan itu pun mulai mewabah sekitar 1932-an. "Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Indramayu dan Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup," tulis Ivan.
Pada tahun 1935, alunan musiknya mulai dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunannya diiringi dengan alat musik lain, berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi.
"Nama tarling baru diresmikan saat Radio Republik Indonesia sering menyiarkan jenis musik ini dan oleh Badan Pemerintah Harian (saat ini DPRD). Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1962, melalui siaran RRI, nama Tarling mulai dikenal sebagai nama resmi jenis musik tersebut," terang Ivan.
Baca Juga: Sains Singkap Musik Viral Punya Kesamaan Pola dengan Penyebaran Virus
Source | : | Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat,jurnal Psikologika |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR