Jerman, pada Kamis (10/7), mengusir kepala biro badan intelijen Amerika Serikat CIA di Berlin.
Tindakan keras pengusiran perwakilan CIA di Berlin ini merupakan kelanjutan dari skandal intelijen oleh Amerika Serikat yang membuka keretakan terburuk hubungan diplomatik negara-negara Sekutu dalam beberapa tahun terakhir.
Pengusiran ini terjadi setelah dua kasus intelijen Amerika Serikat terkait Jerman terbongkar. Kemarahan Jerman juga belum reda atas informasi yang dibocorkan mantan kontraktor badan keamanan nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden.
Berikut ini adalah rentetan peristiwa dan tanggapan yang melatari pengusiran perwakilan CIA di Berlin tersebut.
Pada Rabu (9/7), polisi Jerman menggeledah perumahan dan kantor seorang pria yang menurut media setempat merupakan karyawan Kementerian Pertahanan Jerman yang diduga membocorkan rahasia negara ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, Jumat (4/7), seorang pegawai dinas intelijen Jerman (BND) berumur 31 tahun telah ditangkap karena menjual lebih dari 200 dokumen ke CIA. Dokumen-dokumen ini merupakan milik BND, termasuk hasil pertemuan parlemen Jerman yang menyelidiki aktivitas pemantauan oleh badan keamanan nasional Amerika Serikat (NSA) di Jerman.
Folder dokumen tersebut yang terkumpul dalam USB stick, diduga memuat pula instruksi dari kantor Kanselir Jerman Angela Merkel untuk Kepala BND dan gambaran jaringan BND di luar negeri, seperti yang dilansir harian Die Welt.
Politisi Jerman dari lintas partai telah mengecam kegiatan mata-mata Amerika Serikat di Jerman dan menyebutnya sebagai pengkhianatan kepercayaan oleh Washington. Bersamaan, Kementerian Luar Negeri Jerman telah membahas kasus ini dengan Duta Besar AS di Berlin dalam beberapa hari terakhir.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat, bahkan membenarkan Berlin telah mengirimkan sinyal yang sangat jelas ke Amerika Serikat bahwa Jerman tak akan menoleransi lagi semua jenis pelanggaran kepercayaan. "Dan bahwa kita perlu sebuah awal baru."
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, manfaat yang diambil Amerika Serikat dengan praktik mata-matanya ini pun dipertanyakan. "Berdasarkan apa yang kami ketahui sekarang, informasi yang didapatkan melalui dugaan spionase ini konyol," ujar dia.
Namun, mantan Menteri Luar Negeri Jerman Schaeuble mengakui kerja sama intelijen translantik dengan Amerika Serikat pada masa lalu memang telah menggagalkan ancaman terorisme pada masa lalu.
Meski demikian, Schaeuble mengatakan, pengalaman tersebut tak berarti Amerika dimungkinkan merekrut pejabat level tiga di Jerman untuk menjadi sumber rahasianya, seperti dikutip dari lembaga penyiaran Phoenix.
"Itulah mengapa muncul reaksi tidak senang," imbuh Schaeuble, merujuk pada reaksi keras Merkel.
Dalam pernyataan keras, Merkel mengatakan bahwa berdasarkan akal sehat memata-matai Sekutu adalah buang-buang energi. "Kita memiliki begitu banyak masalah yang menurut saya mengharuskan kita fokus pada hal-hal penting."
Kanselir Jerman juga mengatakan telah terjadi pendekatan yang sangat berbeda di kedua sisi Samudra Atlantik dalam menghadapi akhir dari era Perang Dingin. Dia pun mengatakan ancaman untuk Sekutu seperti konflik Suriah seharusnya lebih efektif dihadapi, tetapi itu tergantung pada kepercayaan di antara negara-negara Sekutu. "Lebih percaya berarti dapat keamanan lebih," tegas Merkel.
Terungkapnya praktik intelijen ganda ini membuat Jerman semakin meradang setelah pada 2013 terungkap praktik penyadapan telepon Merkel oleh NSA.
Informasi tersebut merupakan salah satu bocoran kabar yang disampaikan mantan kontraktor NSA, Edward Snowden, yang sekarang mendapatkan suaka dari Rusia setelah menjalani periode pelarian panjang hingga ke Hongkong.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR