Seorang pramugara menukar jadwal terbang agar bisa bertugas di penerbangan MH17 yang berakhir tragis dan jatuh di Ukraina pada hari Kamis (17/7).
Sanjid Singh adalah satu dari 15 awak yang bertugas di Boeing 777 dari Amsterdam ke Kuala Lumpur itu.
Pesawat tersebut membawa 298 orang penumpang.
Takdir pernah menyelamatkan jiwa istrinya, yang juga seorang pramugari, ketika si istri yang seharusnya bertugas di penerbangan MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing menukar jadwal terbang dengan koleganya. Pesawat itu kemudian hilang dengan membawa 239 orang penumpang, menurut laporan The Malaysian Insider.
"Istri Sanjid bermaksud terbang dengan MH370 tapi menukar jadwalnya dengan koleganya pada menit terakhir," kata Jijar Singh, ayah Sanjid, kepada harian tersebut.
Sanjid Singh tinggal dengan istrinya dan anak mereka yang berusia tujuh tahun di Kuala Lumpur.
"Ia terakhir berada di sini [Penang] sebulan yang lalu. Ia belum ini bilang kepada kami ia menukar jadwal terbang saat kembali dari Amsterdam ke Kuala Lumpur," kata Jijar Singh.
Anak lelaki satu-satunya
Singh mengatakan putranya sudah lama ditunggu-tunggu.
"Ibunya sudah menyiapkan semua makanan favoritnya," kata Singh.
Anak perempuannya yang tinggal di Italia, memberitahunya mengenai kecelakaan itu pada Jumat subuh meski ia sudah mengetahui mengenai tragedi itu empat jam sebelumnya.
"Saya sudah dua kali menjalani operasi bypass jantung. Anak perempuan kami menunggu hingga jam empat pagi untuk memberitahu kami. Ia tidak berani mengabari kami. Saya 71 tahun dan dia [ibu Sanjid] 73. Kondisi kami lemah. Seluruh tubuh saya bergetar," kata Singh.
"Kami sangat terpukul karena ia anak lelaki kami satu-satunya. Tapi apa yang bisa kami lakukan? Semua telah terjadi."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR