Bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, laman http://fires.globalforestwatch.org/ dapat diakses semua lapisan masyarakat, termasuk lembaga-lembaga pemerintah sehingga mereka dapat mengantisipasi kebakaran hutan dengan cepat.
"Anda bisa melihat titik api yang sedang menyala, nama perusahaan pemegang konsesi lahan tempat kebakaran hutan berlangsung, hingga setiap pohon di lokasi tersebut," kata Nigel.
Situs ini menggabungkan teknologi canggih, termasuk peranti lunak Google Earth, pencitraan satelit Digital Globe, hingga peranti lunak informasi geografi Esri.
Sistem pemantau seharga beberapa ratus ribu dollar AS yang disumbang pemerintah Norwegia, pemerintah Inggris, dan pemerintah Amerika Serikat itu diharapkan bisa berkontribusi dalam dua aspek.
Pertama, mempercepat respons saat kebakaran hutan terjadi.
Menurut Sizer, masyarakat dapat langsung melihat lokasi mana saja yang tengah dilanda kebakaran hutan.
Masyarakat juga bisa melanggan sistem peringatan yang terhubung dengan surat elektronik sehingga ketika kebakaran terjadi mereka akan dapat langsung melihat lokasi insiden secara spesifik.
Dengan demikian, sistem pemantau akan memangkas waktu yang diperlukan lembaga-lembaga terkait untuk merespons.
Saat ini, diperlukan dua hari untuk merespons kebakaran hutan.
Yang kedua, mempermudah proses penegakan hukum.
"Pencitraan satelit beresolusi tinggi memberikan informasi kapan dan di mana kebakaran hutan terjadi. Tak hanya itu, pencitraan satelit membuat masyarakat dan pemerintah bisa melihat gambaran yang jelas di lokasi kebakaran. Hal ini membuat pemerintah dapat menangkap pelaku pembakaran," kata Sizer.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR