Selama ini, hampir semua orang di dunia percaya Nabi Musa dengan bantuan Tuhan membuat mukjizat membelah Laut Merah saat memimpin bangsa Israel melarikan diri dari kejaran pasukan Mesir.
Namun kini muncul teori baru soal kejadian yang ditulis di kitab suci itu.
Sebuah simulasi komputer terbaru menyodorkan kemunungkinan lain.
Hasil simulasi menunjukkan kemungkinan besar terbelahnya Laut Merah dibantu tiupan angin yang sangat kencang pada saat itu.
Simulasi yang dikerjakan sejumlah ilmuwan Amerika Serikat itu menunjukkan bagaimana embusan angin kemungkinan besar menciptakan sebuah jembatan tanah di sebuah lokasi.
Jembatan inilah yang memungkinan bangsa Israel melewati Laut Merah dengan aman.
Delta Sungai Nil
Dalam temuan yang sudah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Plos One ini, para ilmuwan mencoba membuktikan bahwa tiupan angin kencang dari arah timur yang terjadi sepanjang malam, bisa jadi mendorong air laut ke arah alur sungai purba yang diyakini sudah menyatu dengan laguna di sepanjang pantai.
Akibat air laut yang terdorong ke dua arah, sebuah jembatan tanah terbentuk yang membuat bangsa Israel bisa melewati jalan berlumpur dengan selamat.
Ketika angin berhenti berembus, air laut kembali menyatu dan bersamaan dengan lewatnya pasukan Mesir, yang di dalam Kitab Perjanjian Baru digambarkan binasa seluruhnya.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan sebuah rekonstruksi di Delta Sungai Nil yang dari sisi lokasi dan kedalamannya mirip dengan Laut Merah pada masa Nabi Musa.
"Simulasi ini hampir cocok dengan apa yang terjadi dalam kitab Perjanjian Lama," kata pimpinan peneliti Carl Drews dari Pusat Penelitian Riset Atmosfer Nasional AS (NCAR).
"Pembelahan air dapat dipahami melalui dinamika air. Angin memindahkan air sesuai hukum fisika, menciptakan sebuah celah aman dengan air di kedua sisi sebelum kemudian air kembali ke tempat semula," tambah Drews.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR