Setelah menempuh perjalanan sejauh 6,4 miliar kilometer selama 10 tahun 5 bulan, wahana antariksa milik Badan Antariksa Eropa (ESA) bernama Rosetta, Rabu (6/8), tiba di Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Dengan Rosetta mendarat di komet—inilah untuk pertama kali teknologi buatan manusia mampu terbang mengiringi komet.
“Fantastis. Akhirnya, manusia tiba di komet!” kata Direktur Jenderal ESA Jean-Jacques Dordain di Pusat Operasi ESA, di Darmstadt, Jerman, seperti dikutip BBC.
Rosetta diluncurkan pada Maret 2004. Meski demikian, misi itu dirancang sejak 1970 dan baru disetujui pendanaannya pada 1993. Upaya mengiringi perjalanan komet berhasil dilakukan setelah para insinyur di pusat pengendali misi melakukan sejumlah manuver selama dua bulan terakhir.
Pertemuan antara Rosetta dan Komet 67P terjadi saat komet berada pada jarak 405 juta kilometer dari Bumi atau antara Mars dan Jupiter.
Kini, Komet 67P bergerak ke arah Matahari dengan kecepatan 55.000 kilometer per jam. Kecepatan Rosetta sudah disesuaikan dengan kecepatan komet sehingga wahana akan selalu berjalan bersisian dengan komet.
Selanjutnya, Rosetta direncanakan mendarat di atas permukaan komet pada 11 November 2014. Hingga akhir Agustus ini, para ahli akan meneliti lima kemungkinan lokasi pendaratan Rosetta di komet.
Lokasi pendaratan baru akan ditentukan pertengahan September 2014. Rosetta akan menemani Komet 67P hingga Agustus 2015, saat komet mendekati Matahari. Berikutnya, Rosetta akan menjadi saksi atas nasib komet saat mengorbit di dekat Matahari.
“Tiba di komet hanyalah awal dari sebuah petualangan yang lebih besar degan tantangan yang jauh lebih besar pula,” kata Manajer Operasi Rosetta-ESA Sylvain Lodiot.
Pendaratan Rosetta di komet tersebut akan membuat studi komet tak hanya dilakukan dari Bumi atau antariksa seperti selama ini. Namun, langsung di atas permukaan komet.
Penelitian komet dianggap penting karena diyakini dari kometlah kehidupan di Bumi bermula.
Data awal yang diperoleh melalui berbagai instrumen di Rosetta menunjukkan, aktivitas Komet 67P pada April-Juni bervariasi. Selubung inti komet yang disebut koma bisa berubah kecerlangannya secara tiba-tiba, tetapi kemudian meredup kembali.
Komet memancarkan uap air sebesar 0,3 liter per detik ke antariksa. Suhu rata-rata komet minus 70 derajat celcius yang menunjukkan permukaan komet gelap dan berdebu.
Citra komet itu diambil dari jarak 12.000 km, menunjukkan komet terdiri atas dua segmen yang asimetris dan dihubungkan bagian mirip leher. Struktur itu menimbulkan pertanyaan apakah komet terbentuk dari dua inti berbeda yang bertabrakan atau dari satu komet yang mengalami perubahan bentuk secara dramatis.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR