"Sekitar 80% kehidupan di dunia ini belum tereksplorasi, dan itu semua berada di dalam laut. Saya ingin menjadi bagian dari eksplorasi ini," kata Eric Stackpole di seminar Robotics Fair yang diselenggarakan di @america Pacific Place Mall, Jakarta, hari Rabu (20/8) siang. "Jika saya bisa menciptakan peralatan yang memadai yang mengizinkan semua orang untuk bisa mengeksplor, bagi saya itu amatlah penting. Mungkina kita bisa lebih memahami planet ini."
Ya, menjadi bagian dalam eksplorasi dunia adalah yang terpenting. Eric dan rekan-rekannya dalam OpenROV ingin berpartisipasi mengeksplorasi dunia, memecahkan segala misteri yang terselubung yang masih tersembunyi.
Namun, OpenROV bukanlah karya pertamanya dalam dunia robotik. Berawal dari bangku kuliah, ia menciptakan sebuah robot yang kemudian ia utus ke kelas untuk merekam ajaran dosen, dan ia mengendalikannya dari kamar.
Eric pun sempat bekerja (magang) di NASA selama tiga tahun, membangun dan mendesain pesawat ruang angkasa, juga satelit. Kala itu, Eric amat tertarik mengeksplor lebih jauh misteri-misteri yang ada di luar angkasa. Menemukan planet-planet baru lalu mengeksplornya, menemukan habitat-habitat baru, dan keunikan lainnya. Sayangnya ia tidak bisa menikmatinya secara langsung dengan penginderaannya sendiri. Walaupun ia bisa menciptakan robot yang tepat untuk mengeksplor sebuah planet baru, belum tentu ia dapat mendaratkannya di sana karena biaya yang tak sedikit.
Supaya lebih efektif dalam bekerja, akhirnya Eric memutuskan untuk membangun proyeknya sendiri. Dunia bawah laut yang sama menariknya dan sama misteriusnya pun memotivasi Eric dan teman-teman untuk membangun robot kapal selam OpenROV, lagipula lautan lebih mudah dicapai daripada luar angkasa. Eric sendiri memiliki lisensi penyelam. Jadi, ia pun tetap bisa menyaksikan secara pribadi mengenai penemuannya.
Walaupun tak terpikir olehnya untuk membangun instansi pendidikan, ia dan rekan-rekannya ingin mendukung dengan segala cara yang ia bisa. Salah satunya adalah dengan robot kapal selam OpenRov ciptaannya.
Melihat robot-robot ciptaan anak bangsa di Robotics Fair, Eric tak dapat menyembunyikan ketakjubannya. Ia pun merasa bangga pada anak-anak SMA, bahkan SMP, yang telah menciptakan berbagai robot dengan fungsinya masing-masing. Ada drone, robot gamelan, robot monitoring, dan lain sebagainya.
"Mengesankan dan menakjubkan mengetahui bahwa anak-anak ini hanya duduk di bangku SMA, bahkan SMP, dan mereka telah melakukan hal yang bahkan dulu belum bisa kulakukan sebelum kuliah," katanya. "Menurut saya murid-murid di Indonesia memiliki semangat tersendiri atas apa yang mereka kerjakan. Kota seperti Jakarta, juga Surabaya, bisa saja menjadi Silicon Valley-nya Indonesia."
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR