Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia, Soegeng Rahardjo bertekad meningkatkan kedatangan turis asal Tiongkok ke Indonesia. Dia menargetkan sebanyak 3 juta orang turis Tiongkok ke Indonesia pada 2016. Soegeng menggandeng Garuda Indonesia dan agen perjalanan untuk bekerja sama mencapai target kunjungan itu.
"Setiap tahun turis Tiongkok mencapai 100 juta orang, sementara yang ke Indonesia hanya 750.000 orang. Bahkan, Indonesia di urutan keenam dari negara tujuan wisata di ASEAN bagi turis Tiongkok," kata Soegeng, Jumat (22/8), di Jakarta.
Maskapai penerbangan Indonesia yang terbang ke Tiongkok terus meningkat, baik reguler maupun sewa. Bahkan, Citilink dan Sriwijaya Air sudah melayani penerbangan dari kota-kota kecil di seluruh Tiongkok untuk terbang langsung ke Denpasar dan Jakarta.
"Kami membagi pasar Tiongkok menjadi tiga. Selama ini yang digarap pasar bagian timur. Sekarang kami juga menggarap kota-kota yang ada di bagian tengah dan barat," kata Soegeng. (Baca juga Indonesia Tunjuk Jackie Chan Menjadi Duta Pariwisata)
Menurut Sekretaris Jenderal ASEAN Tiongkok Center Ma Mingqiang, rendahnya tingkat kunjungan turis Tiongkok ke Indonesia karena kurangnya informasi tentang Indonesia. "Bali menjadi tempat paling populer bagi turis Tiongkok. Namun, bukan yang terbaik karena mereka hanya kenal Bali," kata Ma.
Kurangnya informasi membuat turis Tiongkok lebih banyak ke Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Jumlah turis Tiongkok ke Thailand mencapai 4 juta orang. "Jika banyak informasi yang bisa diakses, tentu mereka ke Indonesia," ujar Ma.
Menurut dia, turis Tiongkok senang berwisata ke tempat yang banyak pepohonannya, bermain di pantai, mendapatkan banyak sinar matahari, naik kapal pesiar, dan berbelanja. Semua yang dicari ini ada di Indonesia.
VP Garuda Indonesia Tiongkok Region I Wayan Subagja mengatakan, turis-turis Tiongkok senang ke Indonesia asalkan dilayani dengan baik oleh orang-orang yang bisa berbahasa Mandarin. Kebutuhan akan pemandu wisata berbahasa Mandarin saat ini sangat tinggi karena sering kali para turis kesulitan berkomunikasi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR