Nationalgeographic.co.id - Setiap budaya memiliki kriteria kecantikan yang berbeda-beda. Simbol kecantikan para wanita suku Kayan di Thailand dilihat dari banyaknya jumlah cincin di leher. Sedangkan bagi perempuan suku minoritas di negara bagian Chin di Myanmar, tato wajah jadi lambang kecantikan.
Tidak kalah uniknya, di abad ke-12, gigi yang diwarnai hitam menjadi lambang kecantikan para wanita Jepang. Praktik menghitamkan gigi ini sebenarnya dilakukan di berbagai belahan dunia lain, seperti India, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Kepulauan Pasifik.
Di Jepang, praktik ini dikenal dengan sebutan ohaguro, populer di zaman Heian yaitu abad-8 hingga ke-12. Tradisi ohaguro dilakukan oleh para wanita bangsawan dan orang penting kerajaan sehingga menjadi tren di masyarakat.
Untuk menghitamkan gigi pun tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Pertama, pewarna yang akan dicampur ke dalam minuman harus dibuat dengan metode khusus “kanemizu”. Untuk membuat pewarna, tambalan besi pertama kali direndam dalam teh atau sake dengan cuka. Ketika besi mengoksidasi, cairan akan berubah menjadi hitam.
Rasa pewarna cukup keras, sehingga rempah-rempah seperti kayu manis, cengkih, dan adas, akan ditambahkan ke dalamnya. Setelah diaplikasikan, maka gigi pun akan berubah warna menjadi hitam. Untuk menjaga agar gigi tetap hitam, proses ini harus diulang setiap hari atau beberapa hari sekali.
Baca Juga: Mendefinisikan 'Kecantikan', Mengapa Banyak Orang yang Memujanya?
Tidak diketahui dengan pasti mengapa para wanita Jepang menghitamkan gigi mereka. Sebuah teori menyatakan bahwa ohaguro dilakukan untuk mencegah wanita selingkuh dari suaminya. Gigi hitam akan membuat sang Istri menjadi kurang menarik di mata pria lain.
Ilmuwan sosial Jepang modern menolak teori ini dengan menyatakan bahwa wanita Jepang menikmati kebebasan dalam hidup mereka. Tradisi ohaguro digunakan untuk menunjukkan kedewasaan seorang wanita.
Ada juga yang menyebutkan bahwa praktik ini digunakan untuk menutupi kekurangan gigi wanita. Pada masa itu mereka memiliki masalah gigi yang menguning. Ini semakin diperjelas dengan bedak putih yang digunakan. Dengan mewarnai gigi menjadi hitam, seseorang dapat tersenyum lebar tanpa perlu menunjukkan susunan gigi yang berantakan atau menguning.
Di luar itu, praktik ohaguro dipercaya dapat memperkuat gigi dan melindungi dari masalah gigi seperti bolong dan penyakit gusi. Ohaguro juga digunakan oleh samurai untuk menunjukkan kesetiaan terhadap tuan mereka.
Selama periode Meiji yang menggantikan periode Edo, praktik ohaguro pun menjadi ketinggalan zaman. Sebagai bagian dari upaya pemerintah Jepang baru untuk memodernisasi negara itu, Ohaguro dilarang pada tahun 1870.
Baca Juga: Ubasute, Praktik Membuang Orang Tua dalam Cerita Rakyat Jepang
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR