Namun, para peneliti menemukan, memiliki ruang kosong untuk gigi tumbuh bukan ide yang baik untuk meletakkannya di sana. Gigi tidak tumbuh dengan sendirinya. Ada banyak otot dan tulang yang menopangnya, yang memastikan tekanan yang cukup dapat dengan aman merobek dan menggiling makanan kita.
Dan 'keamanan' itulah yang tampaknya berada di balik keterlambatan pertumbuhan gigi kita. "Ternyata rahang kita tumbuh sangat lambat, kemungkinan karena sejarah hidup kita yang lambat secara keseluruhan dan, dalam kombinasi dengan wajah pendek kita, penundaan hingga ruang yang aman secara mekanis --atau 'tempat yang manis', jika Anda mau menyebutnya demikian-- tersedia, menyebabkan kemunculan geraham di usia kita yang sangat terlambat," jelas Schwartz seperti dikutip dari Science Alert.
Geraham belakang pada primata tumbuh tepat di depan dua sendi temporomandibular, yang bersama-sama membentuk engsel antara rahang dan tengkorak. Tidak seperti sendi-sendi lain di tubuh kita, kedua poros tersebut harus bekerja dalam sinkronisasi sempurna satu sama lain. Kedua poros itu juga perlu mentransfer tingkat kekuatan yang adil ke satu atau lebih titik untuk membuat Anda dapat menggigit dan mengunyah.
Dalam biomekanik, proses gerak gigi ini diatur oleh prinsip-prinsip dalam sesuatu yang disebut model tingkat terbatas. Dengan meletakkan gigi di tempat yang salah, kekuatan yang dihasilkan di bawah model ini bisa menjadi berita buruk bagi rahang yang tidak cukup besar untuk mengatasinya.
Baca Juga: Penemuan Fosil Gigi Berlubang Terbesar dan Paling Awal Pada Mamalia
Spesies-spesies dengan rahang yang lebih panjang bisa mendapatkan semua gigi geraham mereka tumbuh dengan lebih cepat. Sebab, waktu yang dibutuhkan tengkorak mereka untuk mengembangkan struktur yang cocok untuk gigi yang paling dekat dengan otot di dekat engsel itu relatif singkat.
Manusia, dengan wajah kita yang secara signifikan lebih pendek, tidak memiliki keberuntungan seperti itu. Kita perlu menunggu sampai tengkorak kita berkembang ke titik di mana kekuatan yang diberikan pada setiap set geraham dewasa tidak akan merusak rahang kita yang sedang tumbuh.
Studi baru yang telah dipublikasikan di jurnal Science Advances ini tidak hanya memberi kita cara baru untuk mengevaluasi kondisi gigi kita, terutama gigi geraham yang terakhir tumbuh. Studi ini juga dapat membantu para ahli paleontologi untuk lebih memahami evolusi rahang unik kita di antara nenek moyang hominid kita.
"Studi ini memberikan lensa baru yang kuat di mana hubungan yang telah lama diketahui antara perkembangan gigi, pertumbuhan tengkorak dan profil pendewasaan dapat dilihat," ujar Glowacka.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Gigi Susu Anak-anak Berusia 560 Ribu Tahun
Source | : | Science Alert,Science Advances |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR