Perairan Tulamben di Karangasem, Bali, lokasi penyelaman favorit di Indonesia, terlalu padat pengunjung. Penyelam yang berjejalan di bawah laut itu membuat kondisi tak nyaman dan mengancam keberlangsungan ekosistem terumbu karang yang jadi daya tarik wisata.
Maka dari itu, operator dan pemerintah daerah setempat diminta mengatur dan mengontrol jumlah wisatawan. Caranya, dengan mencari lokasi titik selam (dive spot) baru atau mengarahkan tamu ke tempat lain.
Perairan Tulamben jadi magnet karena adanya wreck atau bangkai kapal perang USAT Liberty sepanjang 120 meter. Onggokan kapal itu membentuk ekosistem terumbu karang yang menarik di kedalaman 12-30 meter.
Jumlah kunjungan wisatawan di daerah ini dinilai terlalu padat sehingga butuh pengaturan atau pembatasan turis.
Emre Turak, pakar karang dunia dari Australian Institute of Marine Science, Sabtu (30/8), di sela-sela pelatihan identifikasi karang tingkat genus dengan Coral Finder di Tulamben, menyayangkan obyek wisata minat khusus itu tak ada pengaturan.
”Kini 200-400 penyelam turun di Tulamben tiap hari. Jumlah itu amat tinggi dibandingkan kapasitasnya yang mungkin hanya 2.000 penyelam per titik selam per tahun,” katanya.
Menurut Emre, para penyelam wisata turun ke bawah laut dengan beragam kemampuan dan pengetahuan. Akibatnya, penyelam wisata yang hanya mementingkan kesenangan pribadi, acapkali mengabaikan keberlangsungan kehidupan karang.
Ia mencontohkan, perilaku penyelam yang seenaknya ataupun tak sengaja menginjak karang dengan memakai fin atau alat selam, karena kemampuan mengontrol daya apung (bouyancy) minim. Ada pula yang memegang karang sehingga zooxhantellae dan hewan karang stres.
”Mungkin saat ini banyak penyelam berarti mendatangkan banyak uang. Tetapi, 5-10 tahun lagi, Tulamben tak akan menarik dan ekosistem karang rusak. Wisatawan akan turun drastis dan menangkap ikan pun susah karena kerusakan ekosistem akan mengurangi ikan,” kata Emre.
Sementara itu, penyusun buku modul Coral Finder, Russell Kelley, juga mengajar di James Cook University, Australia, mengatakan, Tulamben kini tak semenarik 2-5 tahun lalu. ”Dulu di perairan depan kita ini banyak karang yang bagus, sekarang sudah tak ditemukan,” ujarnya.
Selain di titik selam wreck Liberty, Tulamben memiliki daya tarik pemandangan bawah laut di Coral Garden, Wall/Drop Off, dan Kubu. Namun pengunjung lebih suka dibawa ke bangkai kapal perang, ikon Tulamben.
Ketika turun ke lokasi wreck, Jumat lalu, ada lebih dari 5 grup di sekitar kapal. Itu membuat antarpenyelam kerap berpapasan saat menyusuri lorong kapal. Hal itu mengakibatkan tabung selam mengikis dinding kapal yang ditumbuhi benih karang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR