Muslih, seorang warga di lereng Gunung Slamet, tak bisa tidur siang malam karena suara dentuman gunung itu terus kian keras.
Bahkan guncangannya juga makin keras, sampai-sampai sendok di atas gelas kopi pun terjatuh.
"Kalau siang luar biasa [suara dentuman], kaca sampai bergetar, apalagi kalau malam hari yang suasananya lebih sepi dibanding siang. Tadi sebalum salat Jumat juga terdengar suara kenceng banget. Kebetulan saya sedang minum kopi. Sendoknya sampai bergerak-gerak," kata Muslih kepada Tribun Jateng, Jumat (12/9).
Rumah-rumah warga di Desa Jurangmangu kena imbas getarannya. Jarak desa tersebut dengan kawah adalah sekitar 6 kilometer.
Manurut Muslih, kondisi mencekam seperti itu membuat para warga di permukimannya menjadi susah tidur. Saat malam hari masyarakat Desa Jurangmangu pun lebih memilih berada di luar rumah, berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Slamet menimbulkan kondisi yang membahayakan jiwa.
“Lava pijar sampai membakar hutan. Sekarang ini Gunung Slamet masih tertutup kabut. Kalau malam aktivitas gunung terlihat jelas. Ledakan luar biasa membuat material yang dikeluarkan terlihat jelas,” katanya.
Memang belum ada warga yang mengungsi. Meski begitu menurut Muslih, warga tetap bersedia jika sewaktu-waktu diperintahkan oleh petugas.
“Instruksi Kepala Desa agar selalu waspada antisipasi dengan mempersiapkan pakaian minimal satu setel, jadi jika sewaktu-waktu diminta mengungsi bisa langsung bergerak cepat,” kata pria yang juga berprofesi sebagai pemandu pendakian Gunung Slamet itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR