Alih-alih berhenti, kerusakan parah dan banyaknya korban di Hiroshima dan Nagasaki justru memperluas uji coba nuklir untuk keperluan perang.
Berikut ini, situs percobaan dan korban bom nuklir.
3 Abad Nuklir Dipicu di Trinity Site
Sekitar 200 kilometer sebelah selatan Los Alamos, ada daerah yang disebut Jornada del Muerto, atau "perjalanan orang mati," Trinity Site (Situs Trinity). Ini benar-benar gurun, dan di sini pada 16 Juli 1945, bom atom yang pertama, yang disebut the Gadget meledak.
Sekali setahun, pada Sabtu pertama di bulan April, situs ini terbuka untuk wisatawan. Menara baja yang menyangga bom menguap dalam ledakan itu, dan kawahnya kemudian diisi dan ditandai dengan sebuah tugu.
Panas ledakan menyatukan pasir dan puing-puing lain menjadi batu kaca hijau yang disebut Trinitite. Anda tidak diizinkan untuk mengambil potongan apapun, meskipun mereka sering muncul untuk dijual di eBay.
4. Kota di Jepang Mengenang Penghancuran oleh Nuklir
Bom atom sebenarnya dimaksudkan untuk Hitler, tetapi dengan kekalahan Jerman, target beralih ke Jepang. Dua kota yang dibom, Hiroshima dan Nagasaki, telah membangun taman dan monumen di dekat Ground Zero sebagai peringatan akan kengerian.
Situs yang paling mencolok di Hiroshima Peace Memorial Park adalah reruntuhan Industrial Promotion Hall, yang sekarang disebut A-Bomb Dome. Pada Nagasaki Peace Park, dinding batu berdiri sebagai pengingat Katedral Urakami asli, di mana umat sedang beribadah ketika bom jatuh.
5. Bikini Atoll Menjadi Situs Uji
Kurang dari setahun setelah Jepang menyerah, ada tes nuklir pertama di Bikini Atoll di Kepulauan Marshall yang terpencil, kecuali untuk penduduk, yang dipindahkan ke pulau-pulau terdekat ketika armada kapal, yang beberapa di antaranya dirampas dari Jepang dan Jerman, tiba.
Selama beberapa tahun ke depan, kapal-kapal itu target untuk bom atom. Yang terakhir dan terbesar, pada tahun 1954, adalah perangkat termonuklir 15 megaton yang jauh lebih kuat daripada perhitungan para ilmuwan , yang menyebarkan serpihan radioaktif yang dikira oleh penduduk Kepulauan Marshall sebagai salju.
Pada akhir 1970-an upaya raksasa untuk membersihkan dan memukimkan kembali atol berakhir dengan kegagalan. Kini, daerah ini menjadi tujuan para penyelam, yang dapat menjelajahi reruntuhan yang tenggelam dan meratapi nasib warga Bikini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR