Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Albania, Minggu (21/9), menyatakan agama tidak dapat dipakai sebagai pembenaran atas kekerasan.
Paus berumur 77 tahun ini menyatakan Albania yang berpenduduk mayoritas Muslim merupakan contoh inspiratif bagi kerukunan kehidupan beragama.
Ketika Paus tiba di Tirana, ibu kota Albania, ratusan ribu warga—baik Katolik maupun Muslim dan agama lain—memadati jalanan untuk menyambutnya.
"Tidak ada yang harus menggunakan nama Allah untuk melakukan kekerasan," tegas Paus, di Universitas Katolik di Albania.
Pidato itu dihadiri oleh pemimpin Kristen Protestan, Mulism, Ortodoks Bektashi, dan Yahudi, di Albania. Menurut Paus, para ekstremis telah menyesatkan dalil agama untuk tujuan mereka sendiri.
"Membunuh atas nama Allah adalah penghujatan yang sangat luar biasa. Melakukan diskriminasi dalam nama Tuhan adalah tidak manusiawi," tegas Paus.
Anugrah
Sebelumnya, Paus berpidato dengan tema yang sama di depan pejabat pemerintah Albania. Dalam pidato itulah dia sampaikanp ujian soal kerukunan hidup antara pemeluk Katolik, Kristen, dan Muslim di Albania.
Paus menyebut keharmonisan umat beragama itu merupakan anugrah yang sangat berharga bagi Albania. Dia pun mengatakan pentingnya kerukunan tersebut, pada saat semangat otentik agama telah disesatkan dan perbedaan agama sedang terdistorsi.
"Jangan ada yang menganggap diri mereka menjadi \'baju besi\' Allah ketika merencanakan dan melaksanakan tindakan kekerasan dan penindasan," tegas Paus di istana presiden di Tirana.
Albania dihuni oleh sekitar 3,5 juta orang. Dari jumlah itu, 15 persen menganut Katolik, 56 persen Muslim, dan sekitar 11 persen adalah penganut Kristen Ortodoks. Selain tiga agama itu, masih ada Yahudi dan keyakinan lain.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR