“Di Yogyakarta misalnya, ada peserta dari kalangan waria. Sementara di Bali, ada wanita yang ikut seleksi,” jelas Bogiem.
Hasilnya: delapan orang pilihan dari berbagai daerah seleksi: dua penjaga gawang dan enam pemain. Penjaga gawang terdiri dari Midjuli Santoso dari Bali dan Tommi Hartono asal Jawa Barat.
Sementara komposisi pemainnya: Tommy Engelberth Serhalawan, asal Papua; Swananda Pradika dari Nusa Tenggara Barat; Yudi Ramanda dari Sumatra Utara; Akhmad Fauzi, DKIJakarta; Soni Nasirwan asal Sumatra Barat; dan Rizal Sepuloh dari Jawa Barat.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, “Secara fisik dan kualitas, tim nasional 2014 merupakan yang terbaik,” jelas manajer tim Febby Arhemsyah.
Indonesia telah meramaikan ajang Homeless World Cup sejak 2011 di Perancis. Pada debutnya itu, Indonesia langsung menembus posisi keenam dari 48 negara.
Raihan itu makin sempurna karena Indonesia dinobatkan sebagai pendatang baru terbaik. Kapten tim, Ginanjar Koesmayadi, juga meraih pemain terbaik Homeless World Cup 2011.
Sepanjang 2012 - 2013, tim nasional dibentuk melalui League of Change, sebuah liga sepakbola bagi kalangan marjinal atau terpinggirkan. Sejumlah tim dari delapan provinsi diundang untuk meramaikan League of Change. Gelaran ini sebenarnya sejenis Homeless World Cup tapi untuk tingkat nasional, yang sekaligus untuk memilih tim Homeless World Cup 2012 dan 2013.
Pada 2012 anak bangsa kembali menorehkan prestasi apik pada kiprahnya yang kedua di Homeless World Cup di Meksiko. Skuad Indonesia meraih posisi ke empat usai menyerah pada babak semifinal dari Meksiko. Gagal masuk final, tim Merah Putih berhadapan dengan tim kuat Brasil memperebutkan tempat ketiga.
Usai kalah dari Meksiko, papar Febby, Indonesia berhadapan dengan Brasil untuk memperebutkan juara III. “Seandainya kekuatan tim masih seperti awal, kita masih bisa bersaing dengan Brasil,” kenangnya. “Kalaupun kalah tidak sampai dengan skor 6-2.”
Pengalaman itu berguna dalam meracik tim nasional selanjutnya pada Homeless World Cup 2013, di Poznan, Polandia. “Pada 2013 untuk menggembleng mental, Rumah Cemara melibatkan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri. Kita mengirimkan tim ikut latihan selama seminggu,” imbuh Febby.
Sayangnya, Indonesia kalah adu penalti 8-7 dari Rumania dalam laga merebut peringkat tujuh dan delapan. Dalam pertandingan itu, Indonesia dan Rumania bermain imbang 6-6, sehingga mesti adu penalti. Prestasi tersebut menurun, karena pada tahun sebelumnya, tim Merah Putih meraih posisi keempat.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR