Nanga Pu’un dipastikan sebagai kampung asal suku Nanga di Mok dan sekitarnya. Sayang, kampung induk Nanga Pu’un di Rajong tidak menyisakan Mbaru Embo. ”Rumah adat Mbaru Embo suku Nanga yang tersisa hanya di Mok itu. Di Nanga Pu’un sudah tidak ada lagi,” kata Kornelis Sambi (48), tetua Rajong, di Langgasai, Selasa (5/8/2014).
Catatan menyebutkan, Rajong adalah daerah asal tiga suku berkerabat dekat, yakni Nanga, Mulu, dan Walan. Turunan ketiga suku itu kini menyebar luas di Manggarai Timur.
Konon migrasi sebagian anggota keluarga leluhur suku Nanga dahulu kala hingga akhirnya menetap di Mok terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan di lingkungan keluarga. Seiring perjalanan waktu, ikatan persaudaraan mereka berangsur membaik hingga pulih sepenuhnya setelah berpisah jauh.
Kini, Mbaru Embo sebagai pemersatu suku Nanga hanya tersisa di Mok. ”Keberadaan Mbaru Embo di Mok memang sepantasnya menjadi induk suku Nanga setelah rumah adat awalnya tidak lagi ditemukan di Nanga Pu’un,” kata tetua suku Nanga lainnya di Nanga Meje.
Di balik berbagai keunikannya, Mbaru Embo tentu saja menunggu sentuhan mendalam para pakar, terutama menyangkut berbagai pantangan yang hingga kini tetap tidak tersingkap maknanya. Sebut saja pembangunan atau perbaikan harus rampung dalam sehari, berkunjung tanpa tembakau, tidak berpakaian warna merah, tanpa wewangian, dan pantangan lain. Gaspar Djawa, misalnya, hanya bisa mengatakan berbagai pantangan itu memang bawaan sejak leluhur.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR